Kehidupan yang dijalani manusia tentu akan senantiasa disertai dengan program tertentu. Namun darimanakah asal muasal program, rancangan hidup, kebahagiaan, serta perkembangannya? Di sini terdapat tiga cara yang bisa ditempuh:
1. Memilih dan menentukan program menurut selera kita.
2. Kita menyusun berbagai program tersebut menurut tuntutan dan desakan masyarakat.
3. Dengan berprinsip pada penyerahan diri secara total kopada Allah, program kehidupan yang kita rancang semata-mata bersumber dari-Nya.
Evaluasi terhadap Cara Pertama Cara pertama jelas keliru. Sebabnya, pengetahuan manusia amatlah terbatas. Dikarenakan keterbatasan itulah, dirinya menyaksikan ratusan kekeliruan yang telah diperbuatnya sendiri di masa silam. Selain itu. setiap saat, hawa nafsu yang bersemayam dalam diri seseorang akan senantiasa mendorongnya ke suatu arah tertentu.
Dalam kondisi semacam ini, apakah layak jika seseorang menentukan cara yang akan ditempuhnya—cara mana yang akan menjadi faktor penentu apakah dirinya akan meraih kebahagiaan ataukah kesengsaraan abadi—semata-mata berdasarkan akal pikiran yang tidak sempurna dan persediaan ilmu yang sangat terbatas?!
Evaluasi terhadap Cara Kedua Sebagaimana cara pertama, seseorang yang menempuh cara kedua juga tidak akan pernah bisa meniti jalan kehidupannya dengan stabil. Sebabnya, keberadaan masyarakat terdiri dari kumpulan individu-individu yang berbeda-beda keinginan serta selera. Selain itu pula, keinginan atau selera masing-masing individu masyarakat pasti mengandungi kekeliruan, kelalaian, dan keterbatasan. Berkenaan dengan selera atau keinginan saya, inisalnya, tak ada satupun argumen meyakinkan yang mengharuskan saya untuk menanggalkan atau mengabaikannya. Atau tak ada keharusan untuk menyerahkan kebebasan saya, untuk kemudian menjadi budak orang lain yang tidak saya kenal. Sebabnya, mereka tidak mengetahui konsepsi kebahagiaan abadi saya, dan juga tidak jelas mengetahui kebahagiaan apa yang saya inginkan.
Evaluasi terhadap Cara Ketiga Hanya inilah cara yang benar. Kalau kita, umpamanya, memiliki sebuah mobil, tentu kita akan menyerahkan seluk-beluk mobil tersebut kepada seorang ahli otomotif. Atau terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan tubuh kita, pasti kita akan mempercayakannya kepada seorang dokter. Semua itu didasari alasan bahwa mereka lebih tahu ketimbang kita. Dengan demikian, segenap program kehidupan yang kita jalani ini harus kita serahkan sepenuhnya kepada Allah. Sebab, Dialah yang paling mengetahui serta paling menyayangi diri kita.
Kehidupan yang dijalani manusia tentu akan senantiasa disertai dengan program tertentu. Namun darimanakah asal muasal program, rancangan hidup, kebahagiaan, serta perkembangannya? Di sini terdapat tiga cara yang bisa ditempuh:
1. Memilih dan menentukan program menurut selera kita.
2. Kita menyusun berbagai program tersebut menurut tuntutan dan desakan masyarakat.
3. Dengan berprinsip pada penyerahan diri secara total kopada Allah, program kehidupan yang kita rancang semata-mata bersumber dari-Nya.
Evaluasi terhadap Cara Pertama Cara pertama jelas keliru. Sebabnya, pengetahuan manusia amatlah terbatas. Dikarenakan keterbatasan itulah, dirinya menyaksikan ratusan kekeliruan yang telah diperbuatnya sendiri di masa silam. Selain itu. setiap saat, hawa nafsu yang bersemayam dalam diri seseorang akan senantiasa mendorongnya ke suatu arah tertentu.
Dalam kondisi semacam ini, apakah layak jika seseorang menentukan cara yang akan ditempuhnya—cara mana yang akan menjadi faktor penentu apakah dirinya akan meraih kebahagiaan ataukah kesengsaraan abadi—semata-mata berdasarkan akal pikiran yang tidak sempurna dan persediaan ilmu yang sangat terbatas?!
Evaluasi terhadap Cara Kedua Sebagaimana cara pertama, seseorang yang menempuh cara kedua juga tidak akan pernah bisa meniti jalan kehidupannya dengan stabil. Sebabnya, keberadaan masyarakat terdiri dari kumpulan individu-individu yang berbeda-beda keinginan serta selera. Selain itu pula, keinginan atau selera masing-masing individu masyarakat pasti mengandungi kekeliruan, kelalaian, dan keterbatasan. Berkenaan dengan selera atau keinginan saya, inisalnya, tak ada satupun argumen meyakinkan yang mengharuskan saya untuk menanggalkan atau mengabaikannya. Atau tak ada keharusan untuk menyerahkan kebebasan saya, untuk kemudian menjadi budak orang lain yang tidak saya kenal. Sebabnya, mereka tidak mengetahui konsepsi kebahagiaan abadi saya, dan juga tidak jelas mengetahui kebahagiaan apa yang saya inginkan.
Evaluasi terhadap Cara Ketiga Hanya inilah cara yang benar. Kalau kita, umpamanya, memiliki sebuah mobil, tentu kita akan menyerahkan seluk-beluk mobil tersebut kepada seorang ahli otomotif. Atau terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan tubuh kita, pasti kita akan mempercayakannya kepada seorang dokter. Semua itu didasari alasan bahwa mereka lebih tahu ketimbang kita. Dengan demikian, segenap program kehidupan yang kita jalani ini harus kita serahkan sepenuhnya kepada Allah. Sebab, Dialah yang paling mengetahui serta paling menyayangi diri kita. Agil asshofie 01:47:00 Admin Tangerang Indonesia
1. Memilih dan menentukan program menurut selera kita.
2. Kita menyusun berbagai program tersebut menurut tuntutan dan desakan masyarakat.
3. Dengan berprinsip pada penyerahan diri secara total kopada Allah, program kehidupan yang kita rancang semata-mata bersumber dari-Nya.
Evaluasi terhadap Cara Pertama Cara pertama jelas keliru. Sebabnya, pengetahuan manusia amatlah terbatas. Dikarenakan keterbatasan itulah, dirinya menyaksikan ratusan kekeliruan yang telah diperbuatnya sendiri di masa silam. Selain itu. setiap saat, hawa nafsu yang bersemayam dalam diri seseorang akan senantiasa mendorongnya ke suatu arah tertentu.
Dalam kondisi semacam ini, apakah layak jika seseorang menentukan cara yang akan ditempuhnya—cara mana yang akan menjadi faktor penentu apakah dirinya akan meraih kebahagiaan ataukah kesengsaraan abadi—semata-mata berdasarkan akal pikiran yang tidak sempurna dan persediaan ilmu yang sangat terbatas?!
Evaluasi terhadap Cara Kedua Sebagaimana cara pertama, seseorang yang menempuh cara kedua juga tidak akan pernah bisa meniti jalan kehidupannya dengan stabil. Sebabnya, keberadaan masyarakat terdiri dari kumpulan individu-individu yang berbeda-beda keinginan serta selera. Selain itu pula, keinginan atau selera masing-masing individu masyarakat pasti mengandungi kekeliruan, kelalaian, dan keterbatasan. Berkenaan dengan selera atau keinginan saya, inisalnya, tak ada satupun argumen meyakinkan yang mengharuskan saya untuk menanggalkan atau mengabaikannya. Atau tak ada keharusan untuk menyerahkan kebebasan saya, untuk kemudian menjadi budak orang lain yang tidak saya kenal. Sebabnya, mereka tidak mengetahui konsepsi kebahagiaan abadi saya, dan juga tidak jelas mengetahui kebahagiaan apa yang saya inginkan.
Evaluasi terhadap Cara Ketiga Hanya inilah cara yang benar. Kalau kita, umpamanya, memiliki sebuah mobil, tentu kita akan menyerahkan seluk-beluk mobil tersebut kepada seorang ahli otomotif. Atau terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan tubuh kita, pasti kita akan mempercayakannya kepada seorang dokter. Semua itu didasari alasan bahwa mereka lebih tahu ketimbang kita. Dengan demikian, segenap program kehidupan yang kita jalani ini harus kita serahkan sepenuhnya kepada Allah. Sebab, Dialah yang paling mengetahui serta paling menyayangi diri kita. Agil asshofie 01:47:00 Admin Tangerang Indonesia
Keharusan Adanya Agama
Posted by Agil Asshofie
on 01:47:00
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Artikel Terkait:
Kata Bijak Ali Bin Abi Thalib Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE ...
Salahkah Ahlul bayt hingga di bantai?Mereka yang mengaku muslim dan bahkan sahabat Nabi SAW, terlibat konspirasi jahat dalam pembantaian keluarga suci Ahlul Bait As. Ini s ...
Filsafat Pengutusan Nabi Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE ...
Melatih Anak Berpuasa Melatih Anak Berpuasa merupakan Pendidikan anak sejak dini salah satu central issue yang yang mendapat perhatian besar dalam Islam. P ...
Khotbah Imam Ali Bin Abi Thalib 800x600 Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE ...
Berikan Komentar Anda