Jangan terlalu sibuk mengurus dunia hingga lupa bahwa hidup punya batas waktu. Hidup harus seimbang, menabunglah sekarang demi akhiratmu.
Home » » Indonesia Korban Terorisme Bejat Israel dan sekutu-sekutunya

Indonesia Korban Terorisme Bejat Israel dan sekutu-sekutunya

Aksi mengecam serangan Israel terhadap kapal rombongan relawan kemanusiaan yang membawa berton-ton bantuan bagi warga Gaza, Palestina, digelar di sejumlah tempat di Jakarta, Selasa (1/6). Pada pagi ini, ratusan orang telah berkumpul di Bundaran Hotel Indonesia di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, sejak sekitar pukul 07.00 WIB. Para peserta aksi damai itu membawa berbagai poster dan spanduk yang antara lain berisi tulisan "Jangan Cegah Bantuan Kemanusiaan Menuju Palestina". Mereka juga meminta agar dunia internasional segera bertindak secara nyata agar agresi pemerintahan Israel yang telah melampaui batas itu segera ditindak dengan tegas.

Terlihat pula berbagai bendera Merah Putih dan bendera Palestina yang berwarna hitam-putih-hijau-merah juga tampak dikibarkan oleh para peserta aksi. Aksi itu tidak mengakibatkan kemacetan lalu lintas karena para peserta aksi tidak menggunakan lajur jalan MH Thamrin dan hanya berada di dalam bundaran.

Informasi dari Traffic Management Center (TMC) Polda Metro Jaya menyebutkan, aksi damai di Bundaran HI pada Selasa (1/6) ini diagendakan berlangsung hingga pukul 12.00 WIB. Selain aksi di Bundaran HI, aksi yang terkait dengan kecaman terhadap serangan Israel juga rencananya dilakukan di depan Kedutaan Amerika Serikat (AS) di Jalan Medan Merdeka Selatan, pada pukul 13.00 WIB.

TRAGEDI GAZA, KEBOHONGAN GLOBAL TERHADAP HAM

Konferensi Cendekiawan Muslim Internasional (International Conference of Islamic Scholars/ICIS) menyatakan Israel harus diajukan ke Mahkamah Internasional karena menyerang kapal bantuan kemanusiaan "Mavi Marmara".

"Ini merupakan pelanggaran berat HAM yang harus diseret ke Mahkamah Internasional," kata Sekretaris Jenderal ICIS K.H. Hasyim Muzadi di Jakarta, Senin (31/5).

Menurutnya, tindakan Israel yang menghadang bantuan kemanusiaan ke Gaza yang saat ini sangat menderita merupakan perilaku di luar sifat manusia yang wajar.

"Apalagi sampai melakukan penyerangan yang mengakibatkan korban dari para relawan," kata Presiden Konferensi Dunia Agama-Agama untuk Perdamaian (World Conference on Relegions for Peace/WCRP) itu.

Dia mengatakan, Indonesia yang termasuk korban "terorisme Israel" harus berjuang menegakkan harga diri bangsa dengan membawa kasus itu ke Mahkamah Internasional.

"Khusus untuk pemerintah Indonesia agar ada ketegasan dalam masalah ini sebagaimana ketegasannya menghadapi teroris dalam negeri yang notabene rakyatnya sendiri," kata Hasyim.

Seandainya Mahkamah Internasional tidak berbuat apa-apa dengan peristiwa "terorisme Israel" itu, lanjut Hasyim, maka menjadi bukti otentik bahwa ada kebohongan global terhadap masalah hak asasi manusia (HAM).

Hasyim mengharapkan bangsa Palestina menjadikan penyerangan Israel itu sebagai peringatan bagi mereka untuk memperkuat persatuan.

"Bangsa Palestina, untuk kesekian kalinya, diingatkan Allah Swt bahwa mereka harus bersatu. Tidak akan ada kemerdekaan tanpa persatuan karena yang ditakuti penjajah hanyalah persatuan," katanya.

Hasyim mengatakan bahwa ICIS telah dua kali mengingatkan hal ini, baik kepada Fatah maupun Hamas.

Sementara kepada negara-negara Islam di sekitar Palestina yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, ICIS mengingatkan perlunya kesadaran dan pemikiran ulang karena niat baik diplomatik selalu disalahgunakan Israel.

"Keputusan Mesir menutup terowongan Gaza ke Rafah merupakan bukti kehancuran rasa persatuan," kata Hasyim.

32 AKTIVIS ARMADA BANTUAN KEMANUSIAAN DITAHAN ISRAEL
Israel menahan sedikitnya 32 aktivis pada saat kedatangan armada yang telah selesai ditarik seluruhnya ke Pelabuhan Asdod Senin malam (31/5). Sebanyak 34 orang dilarikan ke rumah sakit akibat cidera serius.

Kapal berbendera Turki diserbu oleh Angkatan Laut Israel Senin pagi. Kapal tersebut membawa aktivis internasional yang mengangkut bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Kapal itu merapat di pelabuhan Asdod pada Senin malam, hampir 16 jam setelah diserbu oleh pasukan komando Angkatan Laut Israel dalam apa yang berubah menjadi serangan mematikan. Mavi Marmara adalah yang terakhir dari enam armada kapal akan ditarik ke pelabuhan, dan 600 penumpang tetap berada di atas kapal sementara Polisi Israel melakukan pemeriksaan menyeluruh ke dalam kapal.

Kapal-kapal lainnya ditarik ke pelabuhan sepanjang sore, dengan lusinan aktivis ditahan karena menolak untuk menandatangani perintah deportasi Israel. Hanya sekitar 25 dari para aktivis setuju.

Israel Prisons Services menyebut telah mendata 32 aktivis di atas kapal dan 16 lainnya menolak untuk diidentifikasi. Israel mengatakan akan mendeportasi kira-kira 700 aktivis dalam armada tersebut. Seorang sumber seperti diberitakan media Israel Haaretz menyatakan orang-orang yang menolak untuk bekerja sama akan dipenjara.

DK PBB GELAR SIDANG DARURAT BAHAS TRAGEDI GAZA

Dewan Keamanan PBB mengadakan sidang darurat, Senin waktu setempat, membahas kebrutalan Israel terhadap relawan bantauan kemanusiaan Gaza serta melakukan investigasi.

Menyusul pertemuan terbuka 90 menit, Dewan dengan anggota 25 negara itu juga melakukan konsultasi tertutup. Para diplomat mengatakan sejumlah utusan khusus mengajukan tawar menawar soal pernyataan yang disampaikan oleh Dewan.

Anggota Dewan mengritik aksi Israel serta meminta negeri Zionis itu mencabut blokade yang sudah berlangsung selama tiga tahun terhadap Gaza yang dikuasai Hamas.

"Ini sama saja dengan kelakuan bandit dan pembajak," kata Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu kepada Dewan. "Ini pembunuhan yang dilakukan oleh negara."

Para diplomat mengatakan, poin yang perlu disampaikan dalam proposal Dewan antara lain perlunya investigasi yang independen dan bagaimana menyalahkan insiden tersebut.

Pertemuan darurat Dewan berlangsung atas permintaan Lebanon dan Turki, kedua negara merupakan anggota tidak tetap Dewan.

Sementara itu, peninjau tetap Palestina di PBB Riyad Mansour mengatakan kepada para wartawan sebelum pertemuan bahwa dia ingin melihat "hasil yang menentukan, suatu reaksi yang akan membawa Israel ke pangadilan dan mengutuk tindakan itu."

Mansour hadir mewakili Otoritas Palestina yang tidak menguasai Jalur Gaza, secara de facto kawasan ini diperintah oleh kelompok Hamas. (Antara/Republika/Tempo Interaktif/Kompas/IRIB/RM).

SUMBER TULISAN DARI ALAMAT WEB; http://indonesian.irib.ir

Previous
« Prev Post

Berikan Komentar Anda

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.