Jangan terlalu sibuk mengurus dunia hingga lupa bahwa hidup punya batas waktu. Hidup harus seimbang, menabunglah sekarang demi akhiratmu.
Home » » upaya Amerika dalam menghentikan pembangunan teknologi nuklir bagi umat islam

upaya Amerika dalam menghentikan pembangunan teknologi nuklir bagi umat islam

Upaya Politik AS Dalam Menghentikan Pembangunan Teknologi Nuklir Islam

Jika label fundamentalisme Islam mengarah kepada peredaman Ghirah kebangkitan Islam, terorisme Islam bersasaran kepada peredaman ruhul jihad umat Islam, maka label “bom Islam” ( Islamic bomb ) bertujuan mencegah Negara-negara muslim memiliki kemampuan persenjataan nuklir-barometer kekuatan-dan “Kharisma” sebuah Negara dalam kancah politik dan militer internasional. Dengan perkataan lain, pemunculan istilah bom Islam ditujukan terhadap penguasaan teknolgi dan persenjataan nuklir yang dimiliki sebuah Negara Islam. Tujuannya untuk mencegah terjadinya nuklirisasi dunia Islam agar Negara-negara Islam tetap lemah dan inferior di bidang militer.

Istilah bom Islam dilontarkan secara terang-terangan oleh Amerika Serikat (AS) ketika Pakistan-negara berpenduduk Muslim terbesar ketiga di dunia-diketahui memiliki kemampuan persenjataan nuklir. Anehnya, tidak ada istilah “bom Kristen” bagi Negara-negara Kristen Barat atau “bom Hindu” dan “bom Yahudi” bagi India dan Israel-dua Negara yang jelas-jelas berkemampuan nuklir dan tidak menandatangani perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT).

Digandengkannya kata bom dan Islam jelas mengandung pesan dan mengidentifikasikan Islam sebagai ancaman yang bebahaya. Dalam persepsi Barat, jika sebuah Negara Islam mampu memiliki atau mengembangkan persenjataan nuklir, pada gilirannya senjata pemusnah masal itu akan jatuh pula ke tangan kelompok fundamentalis Islam. Dengan label “bom islam”, sebuah masyarakat dunia di cekoki pandangan bahwa jika umat Islam atau sebuah Negara Islam memiliki senjata nuklir, dunia terancam bahaya besar.
Dalam pandangan Esposito, stigma (labelisasi)” menyiratkan eksistensi sebuah islam yang monolitik yang mengancam Israel dan Barat.
Dunia Barat pasca-perang dingin memang sangat menghawatirkan terjadi nuklirisasi dunia islam. Hal itu terungkap ketika Negara-negara Barat yang tergabung dalam NATO menggelar konfrensi munich tentang kebijakan keamanan pada februari 1992. Selain memunculkan persepsi tentang fundamentalisme islam sebagai “ancaman berikutnya” terhadap NATO/Barat pasca-perang dingin mereka juga sangat mewaspadai adanya kemungkinan terabsorpsi sains dan teknologi persenjataan nuklir Uni Soviet yang dibawa para ahli nuklir Soviet mengalir ke Negara-negara Islam.

Istilah “bom islam” mencuat kepermukaan pada Desember 1993. Ketika itu, dalam sebuah konfrensi persnya di Pakistan, senator AS Larry Pressler dari partai Republik menyatakan bahwa AS sangat khawatir akan terciptanya suatu “bom Islam”. Alasannya, jika suatu Negara Islam telah berhasil menguasai teknologi senjata nuklir, hal itu bisa menyebar kenegara Islam yang lainnya.

A. Ancaman Dari Iran

Pada bulan maret-april 1995, AS dan umumnya Negara-negara barat dibuat “panas dingin” oleh Iran karena pemerintah negeri kaum mullah itu secara resmi mengumumkan pihaknya telah membangun instalasi nuklir dengan menggunakan teknologi Rusia, juru bicara departemen luar negeri Iran, Hamid Reza Assefi, mengatakan program nuklir Iran semata-mata untuk kepentingan damai dan tidak melanggar hukum internasional.( kendati berulangkali Teheran menegaskan bahwa program nuklirnya tidak untuk kepentingan militer. Sebaliknya, AS yang paling getol mengungkit isu program nuklir Iran, tetap menekan IAEA agar membawa masalah ini kesidang dewan keamanan PBB.

Dalam salah satu pernyataannya, Menlu AS Colin Powell mengatakan, AS tengah mempelajari kemungkinan untuk dijatuhkannya sanksi- baik politik maupun ekonomi-DK PBB atas program nuklir Iran.

Powell mengakui niat AS untuk menyeret program nuklir iran kesidan DK PBB sebelumnya tidak di dukung oleh beberapa anggota DG IAEA. Namun AS terus melakukan hal itu dan mendesak IAEA agar salah satu putsan siding DG IAEA adalah membawa kasus nuklir Iran ke DK PBB. Menurut Powell, sejak 2 september 2004 beberapa diplomat AS telah ditugaskan untuk mulai melobi para anggota IAEA agar mendukung posisi AS. Ia mengatakan, AS sudah kehilangan kesabaran dengan sikap babarapa anggota DG IAEA yang enggan membawa masalah ini ke DK PBB.

IAEA sebenarnya sudah bermaksud menutup kasus Iran ini. Namun, AS justru terus menekan IAEA, dengan dalih ditemukannya “bukti-bukti baru” bahwa iran telah bertekat melanjutkan program senjata nuklirnya. AS bahkan menuduh Iran telah melanggar perjanjian nonproliferasi senjata nuklir (NPT). Karena AS tidak setuju dengan niat IAEA menutup kasus nuklir Iran. Dibalik topeng yang dikatakan AS untuk keamanan dunia, pihak Amerika juga terlalu takut bahwa pada akhirnya Iran tampil sebagai penghasil bom nuklir. Mengingat tetangga-tetangganya di Asia lebih dahulu membuat senjata pemusnah massal tersebut.

Iran tidak bisa dipandang sebelah mata. Tahun 1980-an Negara ini terlibat perseturuan dengan tetangganya Irak. Negara ini juga terkenal dengan pejuang-pejuang islam yang sangat militant dan disegani pihak Barat. Osama Bin Laden, yang dianggap teroris oleh masyarakat baratpun pernah tinggal dinegeri Iran. Dalam berperang Iran sudah berpengalaman dan tahu betul bagaimana bagaimana berperang di medan yang tandus.
Keberanian Ahmadinejad tentu bukan tanpa sebab meski pasca perang Irak-Iran persiapan kesenjataan menyusut, di ere presiden Mohammad Khatami persenjataan dari Rusia dan cina berhasil diperoleh kembali. Semua orang tahu penghasil senjata seperti Rusia dan cina. Bahkan dengan bantuan Rusia, Iran berhasil menggembangkan rudal dari dinasti Scud menjadi Shahab 1-5. Ingat, dalam perang teluk Scud menghantam Israel dan menjadi momok tersendiri bagi pasukan koalisi pimpinan Amerika. Kerangka ruudal Shahab inilah yang tampaknya dikawatirkan olek Amerika, sebab rudal Shahab mampu mengendong hulu ledak nuklir.

Amerika dalam tulisannya yang berjudul coming wars di majalah New York, Seymour Hersh, menyebutkan baha sejak pertengahan 2004 “US commandos have been operating inside Iran,selecting nuclear and other sensitive military sites for possible airstrikes”. Bahkan upaya menjatuhkan pemerintahan kaum mullah di Iran sudah dirancang jauh sebelum invasi ke Irak.tidak lama setelah serangan 9/11, wakil menhan urusan kebijakan (Undersecretary of Defense for policy) Douglas Feith langsung menyusun rencana pentagon untuk melancarkan invasi sekaligus ke Irak, Iran dan Suriah, atas nama Global War on terrorism.

AS semakin cemas karena Iran menjalankan kerjasama dengan cina dengan membeli reactor nuklir pembangkit tenaga listrik. Cina disebut-sebut sebagai Negara nuklir yang paling sering mentransfer senjata perusak massalnya ke Negara lain. Cina telah menjual peralatan nuklir ke dunia ke tiga. Teknologi misalnya telah di transfer ke Pakistan, Saudi Arabia, dan Iran.
AS memandang teransaksi tersebut sebagai “ transaksi teknologi senjata nuklir dan kimia” sebelumnya, Iran telah diduga menjalin kerjasama nuklir dengan Korea utara. Majalah time menyebutkan menyebutkan bahwa korea utara sudah sangat ingin menjadi penjual misil ke Negara-negara dunia ketiga dan para analis Barat mencemaskan Pyongyang akan membantu calon kekuatan nuklir seperti Iran. Kerja sama nuklir Iran-Cina-Korut tersebut bahkan memunculkan tesis Prof. Samuel P. Huntington tentang “jaringan konfusius-Islam.” Sebagai unjuk penentangan sekaligus kecaman terhadap Iran, pada 30 April 1995, pemerintah AS mengenakan sanksi embargo perdagangan kepada Iran.
AS berdalih bahwa saksi tersebut dikenakan Negara kaum mullah itumenjadi biang terorisme internasional. AS mempersepsikan bahwa jika Iran menguasai teknologi senjata nuklir, hal itu dapat mengancam kepentingan AS timur tengah yang juga mengancam eksitensi Israel. Dikhaatirkan, senjata nuklir Iran akan di pergunakan oleh atau ke tangan para pejuang Islam Palestina dan Lebanon dukungannya (Hamas, Jihad Islam, dan Hizbullah) untuk menyerang Israel.

B. Islam Tidak Dapat Dicegah Memiliki Nuklir

AS dan Negara-negara barat lainnya boleh berusaha keras menghalangi dunia Islam memiliki nuklir, tetapi kenyataan dewas ini,satu persatu Negara-negara islam (berpenduduk mayoritas Muslim) merintis upaya untuk menguasai teknologi nuklir. Apalagi, warisan nuklir Uni Soviet sebagian telah jatuh ketangan Negara-negara berpenduduk maoritas muslim di AsiaTengah(Kazakstan,Turkmenistan,Azerbeijan,Tajikistan, dan Kirgistan).

Sekitar 9,43% senjata nuklir Soviet diwarisi Kazakstan. Jumlah itu sama dengan 1.150 rudal balistik antar benua berhulu ledak nuklir dan melebihi kekuatan nuklir yang dimiliki Inggris dan Prancis. Kazakstan pun memiliki pangkalan eksperimen untuk bom atom. Sekitar 2.500 rudal taktis berhulu ledak tersebar di enem Negara Asia Tengah berpenduduk mayoritas muslim tersebut.

Pemilikan teknologi dan senjata nuklir oleh dunia Islam, dengan dukungan akses politiknya,jelas merupakan ancaman yang dapat menggoncangkan stabilitas supremasi Barat. Hal itu tentu membuat kalang kabut AS dan sekutu-sekutunya. Israel termasuk paling cemas. “Inilah untuk pertama kalinya Israel mendapati dirinya dalam ancaman yang menakutkan” tulis Doff Zakem di Washington Post. Memang, hanya dalam beberapa menit saja, dengan senjata nuklir, Kazakstan dapat menghancurkan Israel.

Pakistan tercatat sebagai Negara Islam pertama yang merintis pengembangan senjata nuklir dengan mendirikan reactor nuklir di Nilore, dekat Islamabad, pada tahun 1965. untuk mengembangkannya, tahun 1974, Pakistan melakukan petualangan intelijen dengan misi mencuri teknologi nuklir Barat melalui On Mission-Project 706.

Dr. Abdul Qadir Khan, Master of Art dalam bidang metalurgi jebolan Technical University of Delf (1967) dan menggeat Ph.D. di Catholic University of LeuVen (1972), dengan sukses menjalankan misi tersebut. Ia berhasil mencuri Teknologi nuklir disebuah laboratorium tempatnya bekerja di Almelo. Kini, Pakistan diperkirakan memiliki bahan-bahan dan peralatan untuk memproduksi hingga 25bom nuklir, selain memiliki misil M-11 buatan Cina.

Menyusul kemudian Irak. Atas bantuan Uni Soviet, Negara Saddam Hussein itu membangun reactor nuklir untuk penelitian pada tahun 1968. Tahun 1972, Irak dan Prancis menandatangani perjanjian kontrak untuk membangun dua reactor nuklirdi Osirak dan Isis, namun kedua-duanya di bom Israel pada juni 1981. Sebelumnya, tahun 1979, komponen kedua reactor itu dibom di sebuah gedung di Prancis sebelum di kapalkan ke Irak.

Irak masih terus di curigai tengah melanjutkan program nuklirnya. Menurut Time , perang teluk menunjukkan bagaimana dekatnya Saddam Hussein agar segera memiliki kemampuan nuklir. Kekalahannya dalam perang teluk tidak membuat ambisi nuklirnya pupus. Ia siap memulainya kembali manakala keadaan normal.

Libiya, sejak Muammar Qaddafi berkuasa (1962), juga berupaya keras mengembangkan teknologi nuklir. Ia menargetkan tahun1975 sudah memiliki senjata nuklir, namun upaya kandas, siapa lagi kalau bukan karena ulah Amerika yang menjegalnya, terlebih Qaddafi berkrakter anti-Barat dan dijuluki “biang teroris” dunia. Qaddafi diperkirakan masih berambisi memiliki kemampuan nuklir dan telah berkali-kali mencoba untuk membeli materi nuklir.

Iran, Suriah, dan Aljazair juga berupaya keras membangun sunjata nuklir, namun belakangan hanya Iran yang paling menonjol atau gencar melakukan upaya pemilikan teknologi nuklir, antara lain dengan cara bekerja sama dengan Cina dan Rusia. Seorang analisis AS memperkirakan pada dekade pertama abat XXI, Iran hampir pasti akan memiliki persenjataan Nuklir.

Tampaknya, Negara-negara Islam tersebut akan terus berupaya mengembangkan Nuklir, sering dengan trend dunia dalam perlombaan senjata. Kecendrungan kea rah itu setidaknya sudah di ungkapkan oleh Prof. Samuel P. Huntington. Dalam sebuah wawancaranya dengan Time, pakar PolitikHarvard University yang sangat popular dengan teori “benturan Pradaban” (clash of civilizations) itu menyatakan bahwa Negara-negara Islam di Timur Tengah dan Asia sedang meningkatkan kekuatan militernya. Menurutnya, ada “jaringan konfusius-Islam” antara Cina dan Korea Utara di satu pihak dan Negara-negara Timur Tengah seperti Iran, Irak, Suriah, dan libiya di pihak lain, yaitu utamanya koneksi militer dimana Negara-negara konfusius mengalihkan senjata dan teknologi persenjataan.

Selain AS, Israel juga selalu mengusik Negara-negara Islam yang hendak mengembangkan teknologi nuklir. Yang paling monumental ketika negra zionis yahudi itu membom reactor nuklir Irak tahun 1981. Israel pun pernah menyatakan akan mempertimbangkan berbuat hal serupa terhadap reactor nuklir Iran.

Pakistan tidak lepas dari usikan Negara Zionis itu. Sejak 1981, Israel bekerjasama dengan India untuk memantau kemudian menghancurkan reactor nuklir Pakistan, namun system radar yang diterapkan Pakistan dan kecanggihan intelijennya mampu membingungkan Israel dan India. India telah membuka Bandara-Bandaranya untuk pesawat pengintai Israel. Tahun 1991, Israel menyebarkan lebih dari seratus orang commandos-nya di Kashmir untuk membantu India menumpas perlawanan pejuang Muslim Kashmir. Dibalik itu, mereka juga menjaring informasi tentang reactor nuklir Pakistan.

India memang sangat berkepentingan untuk menghentikan program nuklir Pakistan. Negara Hindu yang diperkirakan memiliki persediaan plutonium untuk membuat 80 bom nuklir ini, merasa terancam sehubungan dukungan penuh Pakistan terhadap perjuangan Muslim Kashmir yang ingin melepaskan diri dari India atau bergabung dengan Pakistan. Lebih dari itu, India dan Pakistan pernah terlibat perang tiga kali, dua di antaranya dipicu masalah Kashmir. Hingga kini, hubungan kedua Negara yang “bercerai” sejak 1947 itu masih belum harmonis.





Daftar Pustaka

1. Syamsul, Asep, Demonologi Islam, Gema Insani: Jakarta, 2000.
2. Fawaz, Gerges, Amerika dan Islam Plitik, Pustaka Alvabet: Jakarta, 2002.
3. Hendarsah, Amir, 11 Macan Asia Musuh Amerika, Galang Press: Jakarta, 2007
4. Pusat Penelitian Politik, Quo Vadis Politik Indo,LIPI Press: Jakarta, 2004
5. Pusat Penelitian Politik, Politik BBM ,LIPI Press: Jakarta, 2004

Previous
« Prev Post

1 Komentar

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.