Jangan terlalu sibuk mengurus dunia hingga lupa bahwa hidup punya batas waktu. Hidup harus seimbang, menabunglah sekarang demi akhiratmu.
Home » » Penyebab Kemiskinan di Negara Dunia Ketiga

Penyebab Kemiskinan di Negara Dunia Ketiga

Sejumlah organisasi telah mengadakan penelitian untuk mencari penyebab kemiskinan yang kisarannya ada pada kurangnya sumber daya manusia, hingga pada iklim lokal dan kurangnya demokrasi. Tidak pernah ada konsensus atas penyebab kemiskinan di antara para sosiolog dan pemikir. Namun, ada sebuah gagasan dominan bahwa hanya penerapan kapitalisme dan pasar bebaslah yang bisa mengatasi kemiskinan. Pengamatan sekilas ke Dunia Ketiga malah menunjukkan adanya sejumlah faktor yang memainkan peran besar dalam kontribusi kepada kemiskinan yang melanda dunia saat ini, yaitu bukan karena masalah kurangnya makanan.

Menurut saya jika berbicara mengenai kemiskinan, kita tidak bisa mengesampingkan peran IMF dan Bank Dunia serta kebijakan penyesuaian strukturalnya yang terkenal itu kepada negara-negara seperti Pakistan, Turki, Indonesia, Bangladesh, Mesir dan negara-negara Iainnya untuk membantu menyelesaikan beberapa masalah ekonomi. Solusi umum yang sering diberikan lembaga tersebut adalah menjadikan perdagangan bebas sebagai jalan keluar dari kemiskinan. Negara-negara tersebut kemudian dipaksa menerapkan berbagai kebijakan, semacam pengurangan dan penghapusan cadangan, penghapusan tarif untuk berbagai produk pangan yang diimpor dari Eropa dan Amerika, dan menghapus subsidi pupuk dan kebutuhan pertanian lainnya.

Pada kenyataannya ada sejumlah hambatan yang ditempatkan oleh negara-negara maju yang memastikan memang negara-negara berkembang itu tidak akan pernah mencapai suatu tingkat dimana mereka mampu bersaing. Ini berarti bahwa barang-barang dari Barat itu harus di impor oleh mereka daripada mengizinkan impor dari negara-negara miskin. Teori mudahnya menyatakan bahwa perdagangan merupakan cara bagi bangsa-bangsa tersebut untuk melepaskan diri dari jerat kemiskinan. Pengembangan ekonomi pasar dengan memberikan porsi besar kepada sektor swasta dipandang sebagai kunci untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi dan menghapus kemiskinan.

Sebagai contoh saja, Pakistan sebenarnya membutuhkan investasi penting dalam bidang kesehatan, pendidikan dan infrastruktur sebelum mereka mampu menjalani persaingan internasional. Bank Dunia dan IMF malah menyuruhnya untuk menghapus berbagai subsidi untuk sektor-sektor ini, dan berkonsentrasi kepada impor. Mereka memaksa Pakistan untuk masuk ke dalam pasar di mana mereka tidak mampu berkompetisi dengan kekuatan sektor swasta internasional. Kebijakan-kebijakan semacam itu, tak pelak lagi menurunkan pembangunan ekonomi Pakistan.

Faktor lain yang dihadapi negara-negara Dunia Ketiga yang mana kebanyakan adalah negeri-negeri umat Islam yaitu hutang. Afrika misalnya sempat diminta membayar hutang-hutang yang pernah dibuat dimasa kolonial. Sedangkan sebagian hutang Afrika itu sendiri adalah hasil dari ketidakadilan transfer hutang-hutang warisan negara kolonial, yang jumlahnya mencapai milyaran dolar, dengan tingkat bunga yang tinggi. Hutang-hutang tersebut juga dihasilkan dari ‘cara-cara yang menjijikkan’, dimana hutang dikucurkan oleh negara-negara maju, yang dengan sengaja meminjamkan sejumlah uang kepada para diktator dan pemimpin korup, karena sebenarnya mereka telah tahu bahwa uang tersebut akan disia-siakan begitu saja.

Misalnya di Afrika Selatan, ‘hutang warisan rezim Apar theid’ mencapai angka 28 milyar dolar, kalau sekarang sudah berapa tuh jumlahnya? Nah pemerintah paska Apar theid terus dipaksa untuk membayar hutang-hutang yang dibuat rezim Apartheid. Jadi, dengan kata lain, warga Afrika Selatan dipaksa membayar untuk penderitaan yang mereka alami. Pada tahun 1998, Action for Southern Afrika (ACTSA) memperkirakan bahwa Afrika Selatan meminjam 11 milyar dolar untuk mempertahankan sistem Apartheid, dan negara-negara tetangganya meminjam 17 milyar dolar karena akibat yang ditimbulkan rezim Apartheid. Karena itu, destabilisasi dan agresi telah menyumbangkan porsi sebesar 74 persen dan hutang Afrika.

Kolonialisme alias penjajahan memang telah memainkan peran besar dalam kemiskinan di Dunia Ketiga. Kolonialisme pula yang menyebabkan ketergantungan kepada Barat, sehingga memungkinkan Barat tetap leluasa melaku kan tekanan dan intervensi ke sebagian kawasan di mana sumber daya mineral tersedia. Afrika kini masih menjadi buruh dari intervensi Barat yang diawali sejak era kolonial, dan dipaksa berkonsentrasi pada berbagai komoditas yang tidak akan mampu dibeli oleh para penduduknya sendiri. Sudah menjadi ciri penjajah yaitu berusaha mengeruk semaksimal mungkin semua hasil sumber daya alamnya dan memiskin kan penduduk pribuminya.

Rancangan global pertanian saat ini pun tertumpu pada perburuhan pertanian, di mana penanaman lahan sebelumnya diutamakan untuk kepentingan konsumsi domestik. Sejak tahun 1960, berbagai lembaga keuangan internasional telah berupaya mengeleminasi sistem dan mekanisme dimana pemerintah berhak mengontrol suplai makanan. Dengan tidak adanya peran pemerintah dalam bidang itu, berbagai perusahaan swasta nasional dan multinasional punbisa dengan mudah mengambil alih peran tersebut, dan mendiktekan kebijakan-kebijakan pangan berdasarkan kepentingan mereka untuk mendapatkan laba yang besar.

Di bawah tekanan seperti itu, mekanisme di mana pemerintah dapat melindungi warganya dan akibat fluktuasi harga menjadi tidak lagi ada. Jadilah, kemiskinan dunia merupakan hadiah dari pasar finansial internasional di mana harga berbagai komoditas ditentukan. Walau spekulasi merupakan faktor penggerak di balik melambungnya harga makanan selama krisis kredit dan keuangan global, hal ini juga menjadi awal dan krisis. Sejak tahun 1960, pola produksi pangan global telah diubah dari aktivitas pertanian lokal, terlepas dari kegiatan ekspor dan impor makanan tertentu, di orientasikan ke bisnis global.

Aturan perdagangan internasional sendiri telah dibuat sangat menghargai mereka yang memproduksi barang untuk ekspor dan pada mereka yang memproduksi untuk konsumsi lokal. Karena itu kelompok-kelompok petani di British Colombia dan California yang sama-sama menanam tomat di musim kemarau, lebih suka mengapalkan tomatnya keluar negeri dari pada menjualnya di pasar domestik. Bersamaan dengan situasi yang menggelikan ini, meningkatnya biaya transportasi pengapalan barang oleh truk melintasi jarak yang jauh telah menciptakan biaya pengeluaran lebih.

Di Asia, Amerika Latin, Amerika Utara dan sebagian kawasan Eropa, petani kecil mulai jarang ditemukan. Industrialisasi pertanian melalui pola tanam yang sama, dan ketergantungan kepada pupuk kimiawi dan pestisida telah menciptakan skala ekonomi yang membuat para petani kecil tidak mampu bertahan. Rekayasa genetika pada benih menjadi bagian lain dan industrialisasi ini, memastikan bahwa berbagai perusahaan agrobisnis besar semacam Monsanto, Archer Daniels Midland dan Cargill terus mencetak rekor laba.

Negara-negara maju pun terus mengatakan bahwa tidak ada cukup makanan di dunia ini, seiring dengan meningkatnya populasi umat manusia, akan ada banyak mulut untuk diberi makan. Kekurangan pangan juga dipakai untuk pembenaran meningkatkan harga pangan, namun hal ini rupanya gagal untuk menjelaskan mengapa dalam peningkatan produksi dan melimpahnya pangan global menyebabkan satu milyar orang kelaparan? Masalahnya berarti ada dalam sistem pangan global, yakni dalam distribusi pangan pertanian di seluruh dunia, dan khususnya pada monopoli perusahaan multinasional dalam sistem pangan dunia.

Dominasi negara-negara maju dan perusahaan-perusahaan dalam arena internasional memberikan dampak yang besar kepada sektor pertanian, dimana, bagi negara-negara berkembang merupakan salah satu sumber pendapatan. Kombinasi antara perjanjian dagang yang tidak adil, yang terkonsentrasi pada kepemilikan produsen pangan besar dan dominasi melalui kontrol dan pengaruh berbagai lembaga dunia semacam Bank Dunia, MF dan WTO telah menyebabkan negara-negara miskin kehilangan kemampuan nya untuk menentukan kebijakan pertaniannya yang terus merosot.

Berbagai kebijakan semacam penyesuaian struktural yang dituntut oleh lembaga-lembaga tersebut tidak hanya menyebabkan negara-negara berkembang harus memangkas biaya kesehatan dan pendidikan, namun juga biaya pangan dan jaminan untuk kaum miskin. Pembatasan perdagangan dan berbagai mekanisme pendukung bagi industri lokal juga telah dihilangkan, sehingga memungkinkan perusahaan asing masuk dan ikut berkompetisi secara lebih leluasa, walaupun pada kenyataannya negara-negara maju itu sendiri belum sama sekali menghapus pembatasan perdagangan yang sama.

Sebagai tambahan, negara-negara miskin pada umumnya didorong untuk berkonsentrasi pada ekspor hasil panen untuk memperoleh cadangan devisa mata uang asing agar bisa membayar utang. Pada akhirnya ini malah menyebabkan berkurangnya keanekaragaman panen dan ekosistem terkait semakin memperburuk lingkungan, lalu untuk mencapai hal itu dilakukanlah pembukaan lahan yang lebih luas atau dengan meningkatkan penggunaan pupuk kimia.

Meningkatnya kemiskinan dan kesenjangan sosial akan memicu korupsi dan memperburuk masalah yang telah ada sebelumnya. Dumping produk pangan dengan dalih bantuan oleh negara-negara kaya ke negara miskin, subsidi-subsidi pertanian dalam jumlah besar di Amerika Utara dan Eropa memberikan efek pada kemiskinan di Dunia Ketiga.

Dunia Ketiga terus berkubang dalam kemiskinan akibat kebijakan-kebijakan Barat, dan akan tetap miskin bukan akibat kurangnya pangan, namun karena pola konsumsi Barat yang rakus. Bahkan biaya makan binatang peliharaan mereka bisa untuk memberikan tiga orang miskin di negara tertinggal. Karena Barat dengan total penduduknya sekitar 20 persen dari jumlah penduduk dunia mengkonsumsi 80 persen dari produk pertanian dunia. Itu belum susu, kayu, air bersih, daging, ikan bahkan energi, hampir sebagian besarnya dikonsumsi Barat.

Tulisan ini di ambil dari buku, 10 Isu Global di Dunia Islam, karya Akhmad JENGGIS, yang di terbitkan Yogyakarta NFP Publising 2012, halaman 171-177.

Previous
« Prev Post

Berikan Komentar Anda

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.