Membicarakan Asyura adalah membicarakan kesedihan yang abadi. Kesedihan dan tangisan suci Rasulullah SAW. Kesedihan yang telah berlangsung selama hampir 1400 tahun, menyayat hati setiap pecinta dan pengikut Rasulullah SAW. Pada hari itu, 10 Muharram 61 H, cucu tercinta Rasulullah SAW, yaitu Imam Husain Sayyidus-Syuhada, dibantai secara keji oleh pasukan rezim tribalis –Yazid bin Muawiyah, di padang pasir Karbala, Irak.
Pembantaian terhadap Imam Husain dilakukan secara keji. Beliau dibunuh dengan cara dipanah, dahinya dilempar batu, sehingga Beliau jatuh terduduk. Saat tubuh Beliau melemah, seorang komandan pasukan Kerajaan Umayyah yang bernama Syimir Zil-Jauzan menduduki dada suci cucu Nabi SAW itu. Dengan bengis Syimir lalu memutus kedua tangan Imam Husain, memotong kedua kaki Beliau, dan akhirnya memenggal kepala suci Imam Husain. Kekejaman itu tidak berakhir di sini.
Inilah puisi Asyura yang saya kutip dari http://muhammadasyura.blogspot.com/
Jiwa Kami Takkan Mati
Oleh: Muhammad Asyura
Oleh: Muhammad Asyura
Katakanlah dharmaku
Ketika jiwa kmai terbelengguh
Ketika Babi-babi hutan
berlalu lalang
diantara ilalang ditepian jalan
dan
ketika gempar hunian merah
melihat dan menyaksikkan
tulang-tulang kami
berserakan…
luluh…hancur
retak cermin keabadian
kuning, hijau, merah, putih
musnah sepuluh lubang cahaya
disinilah Sultan kami yang agung
dan pembela sejati
direngguh yang mengaku
Kakak Kami
Kini tinggal berdiri
Nisan kematian raga dan cungkup derita
Namun kau jangan salah kata
Raga memang mati
Tapi jiwa kami takkan rata
Bersama
Tanah dibumi kami yang dewata
Dan juga bersama
Senyum darah kami yang nyata…!!!
Ketika jiwa kmai terbelengguh
Ketika Babi-babi hutan
berlalu lalang
diantara ilalang ditepian jalan
dan
ketika gempar hunian merah
melihat dan menyaksikkan
tulang-tulang kami
berserakan…
luluh…hancur
retak cermin keabadian
kuning, hijau, merah, putih
musnah sepuluh lubang cahaya
disinilah Sultan kami yang agung
dan pembela sejati
direngguh yang mengaku
Kakak Kami
Kini tinggal berdiri
Nisan kematian raga dan cungkup derita
Namun kau jangan salah kata
Raga memang mati
Tapi jiwa kami takkan rata
Bersama
Tanah dibumi kami yang dewata
Dan juga bersama
Senyum darah kami yang nyata…!!!
Berikan Komentar Anda