Dalam
pandangan kritis nomor 12 disebutkan bahwa "Sepanjang sejarah, kaum Syi'ah
terbukti sebagai para pelaku kejahatan dan pengkhianat serta teroris." Jika
kaum Syi'ah bertempur melawan Israel di Libanon Selatan, saudara-saudara anggap
sebagai teroris, perlu saya ingatkan bahwa kaum Syi'ah yang berjuang disana
memang melakukannya.
Mereka
berpendapat bahwa setiap orang sipil yang melarikan diri dari medan pertempuran
akan tetap memiliki hak atas tanah dan harta yang mereka tinggalkan sesuai dengan
hukum mana pun juga. Para pengungsi tersebut dalam Al-Quran disebut sebagai
mustadh'afin, orang yang dilemahkan dan harus dibantu, harus direpatriasi, dikembalikan
ke kampung halamannya. Kalau kaum Syi'ah yang membantu rakyat Palestina ini saudara-saudara
maksudkan sebagai teroris, maka mereka memang teroris.
Jika kaum Syi'ah dari
Iran yang berjuang di Bosnia untuk menahan pembunuhan berdarah dingin terhadap
ratusan ribu kaum muslimin dan pemerkosaan terhadap 30.000 kaum ibu dan
anak-anak gadis muslim disebut teroris, maka mereka memang teroris. Hal ini disebabkan
kaum Syi'ah sangat anti-perlakuan keji. Mereka sangat pro-keadilan yang menjadi
salah satu rukun mazhab mereka. Kaum Serbia, yang membunuh orang-orang Bosnia
itu, bukan karena orang Bosnia bersalah, melainkan mereka membunuh saudara kita
di Bosnia hanya karena mereka beragama Islam!
Bila
kaum Syi'ah ini saudara-saudara sebut teroris, maka mereka memang teroris. Di
Nagorno-Karabakh kaum Syi'ah datang membantu rakyat Azerbaijan dalam mempertahankan
diri dari serangan tentara Armenia dan tentara Rusia yang memakai tanda salib
dipunggungnya.
Dan
Amerika Serikat (AS) membantu Armenia dengan melakukan ermbargo senjata bagi
kaum Azerbaijan karena pengaruh kaum diaspora Armenia di AS yang berjumlah satu
juta orang. AS juga mengatakan bahwa Armenia adalah Israel di Asia Tengah untuk
menghadapi kaum muslimin.
Sementara
Turki yang sesuku, seagama dan sebahasa dengan Azerbaijan tidak berani
membantu, karena takut ditolak menjadi anggota masyarakat Uni Eropa! Kalau ini
yang saudara-saudara maksudkan dengan teroris, mereka memang teroris! Mengenai
peranan kaum Syi'ah membantu sesama muslim yang tertindas diseluruh dunia, bacalah
Samuel P. Huntington, The Clash of Civilizations and the Remaking of World
Order, Simon & Schuster, New York, 1996! Lalu, bagaimana dengan
pembunuhan-pembunuhan terhadap kaum Syi'ah, penganiayaan, pemotongan-pemotongan
lidah dan tangan mereka, peracunan terhadap Imam Hasan dan pemotongan leher
cucu Rasulullah SAWW, Imam Husain, yang oleh Rasulullah SAWW disebut sebagai
anak-anaknya.
Atau
mereka yang mengarak kepala mereka sebagai bahan tontonan, menyembelih
bayi-bayi, menawan wanita-wanita mereka sebagai budak, memasukkan tubuh-tubuh
mereka kedalam beton tiang-tiang masjid? Jika semua perbuatan ini
saudara-saudara katakan bukan kejahatan tapi hanya 'permainan anak-anak' dan
dapat pahala karena hasil ijtihad, atau menganggap bahwa mereka yang melakukannya
adalah orang-orang Syi'ah sendiri, tentu saudara-saudara sudah gila!
Bacalah
Maqaatil Ath-Thalibin tulisan Abu'l Faraj Al-Ishfahani, ahli sejarah kenamaan,
anak cucu Bani 'Umayyah sendiri, penulis buku Al-Aghani (Nyanyian-nyanyian)
yang terkenal dan terdiri dari 20 jilid itu! Sekiranya saudara-saudara mendapat
berita ini dari sumber luar bahwa kaum Syi'ah adalah teroris, maka saya pikir
saudara-saudara perlu mempelajari lagi istilah teroris dan HAM! Salah satu
bencana yang dihadapi oleh umat manusia adalah karena umat manusia terbiasa berpikir
sektarian.
Jika
ada pembunuhan dan pemerkosaan, seperti di Bosnia, dan kaum muslimin yang jadi
korbannya, maka yang 'berteriak-teriak' adalah kaum muslimin. Sebaliknya bila
yang menjadi korban adalah orang kristen, yang ribut adalah orang kristen. Jika
kaum muslimin diusir dari rumah-rumahnya dan jadi pengungsi, maka yang ribut
adalah kaum muslimin. Andaikata orang kristen yang mengalami hal serupa, maka
yang ribut adalah orang kristen. Padahal, sejujurnya tidak ada agama yang
membenarkan pembunuhan berdarah dingin atau pemerkosaan, misalnya.
Nilai-nilai
agama bersifat universal dan abadi. Semua mestinya 'berteriak' bila ada
pembunuhan tanpa pengadilan, pemerkosaan, ketidakadilan, tidak peduli siapa pun
pelakunya dan apa pun agamanya, siapa pun korbannya dan apa pun agamanya. Agama
menganjurkan kita untuk membantu orang miskin dan tertindas, siapa pun dia dan apa
pun agamanya. Kita diharuskan mendahulukan tetangga dan keluarga dekat, tetapi
kita seharusnya memikirkan orang lain juga.
Atau
paling sedikit, tidak melukai atau menyakiti hati orang lain, bagi anda tentu
terasa berat. Memang HAM sering diartikan sebagai hak asasi seseorang dan
jarang menggambarkannya sebagai hak asasi sekelompok orang, seperti orang-orang
Palestina, Bosnia, Azerbaijan, Chechnya, Indian, dan Aborigin. Teroris sering
digambarkan sebagai tindakan pribadi-pribadi yang tidak berdaya yang meledakkan
dirinya ditengah-tengah kaum mustakbirin dan bukan pemboman-pemboman serta
embargo-embargo yang dilakukan oleh negara kuat terhadap kaum tertindas dan
rakyat sipil, seperti yang dilakukan terhadap Libanon, Iran, Libya, dan Irak.
Jika
saudara-saudara berpendapat bahwa definisi HAM dan teroris harus ditentukan
oleh negara-negara asing dan sekutu-sekutunya maka saudara-saudara keliru! Sejarah
menunjukkan bahwa sering terjadi kerjasama antara pemimpin Islam dan luar
Islam, atas permintaan raja-raja Islam dalam memerangi sesama muslim.
Hal
ini, misalnya, terjadi di Spanyol, seperti peristiwa Elcid atau kerjasama
antara Harun Al-Rasyid dengan Karel Agung dari Perancis dalam memerangi
khalifah Abdurrahman si Rajawali Spanyol atau apa yang terjadi dalam Perang
Teluk.
Apakah
saudara-saudara juga akan mengkambinghitamkan Syi'ah dan menganggap mereka sebagai
teroris, pengkhianat dan penjahat? Apakah saudara-saudara sudah gila? Definisi
HAM atau teroris oleh AS harus saudara pikirkan matang-matang karena AS sendiri
memiliki standard ganda dan oleh karena itu mereka tidak konsisten.
Saudara-saudara perlu melihat, misalnya, standard ganda AS sperti yang dikritik
oleh sarjana-sarjan AS sendiri.
Pada
masa Agresi II Belanda, AS tetap konsisten dengan perjuangan anti-kolonialisme,
tetapi pada saat yang sama mensuplai senjata-senjata untuk Belanda agar
digunakan untuk meyerang Republik Indonesia dan berakibat dengan agresi kedua
ini. Pelabuhan-pelabuhan ditutup sehingga rakyat menderita yang tidak bisa
dilukiskan dengan kata-kata. Usul yang tidak habis-habisnya oleh berbagai
negara, agar Belanda menarik diri dari pendudukan barunya, di-veto AS.
AS
menentang proliferasi nuklir di Iran dan Irak tetapi menolak melakukan hal yang
sama untuk Israel. AS mengkritik pelanggaran HAM di Asia Timur, termasuk
Indonesia, tetapi tidak di Israel dan Saudi Arabia. Janganlah mengambil 'sunnah'
dari AS dan bonekabonekanya yang ingin memonopoli kebenaran, sementara Sunnah
Rasulullah SAWW ditinggalkan. Pikirkanlah lebih dalam dan berhentilah membuat
fitnah. Pikiran-pikiran fascist seperti ini, tidak akan didukung oleh pemimpin
yang waras, termasuk AS!
Oleh: O hasem
Berikan Komentar Anda