Oleh:
O hasem
Mengenai
taqiyyah, menjalankan taqiyyah adalah suatu permissibility, suatu kebolehan dalam
Islam, berdasarkan nash. Seorang muslim yang lemah dan tertindas boleh
menyangkal keimanannya bila nyawanya terancam seperti yang dialami oleh Ammar
bin Yasir. Thabathaba'i, misalnya membolehkan seseorang menyangkal keimanannya
dalam keadaan terpaksa, untuk menyelamatkan nyawanya, kehormatan perempuan,
atau hartanya yang bila dirampas, ia tidak dapat memberi nafkah kepada anak-istrinya.
(Bacalah Allamah Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i, Syi'a, Qum, 1981).
Disamping
kasus Ammar bin Yasir, juga ada seorang anggota keluarga Fir'aun yang menyembunyikan
imannya (lihat Al-Quran, Surat Al-Mukmin, ayat 28). Barangkali para anggota
seminar punya rumusan lebih baik dari ini.
Kalau
menyumbangkan pikiran saja tidak, bagaimana para anggota seminar berani mengatakan
bahwa anggota Syi'ah sukar ditemukan karena bertaqiyyah dan karena mereka masih
lemah? Tetapi mengapa menyuruh menutup Yayasan Muthahhari (Bandung), Yayasan
Al-Muntazhar (Jakarta), Yayasan Al-Jawad (Bandung), Yayasan Mulla Sadra
(Bogor), Pesantren YAPI (Bangil), Yayasan Al-Muhibbin (Probolinggo) dan Yayasan
pesantren Al-Hadi (Pekalongan)? Bukankah peserta seminar mengenal pimpinan
yayasan-yayasan tersebut sebagai Syi'ah? Kenapa tidak mengajak mereka
bermujadalah seperti yang dianjurkan Al-Quran? Ini bertentangan dengan
pernyataan seminar sendiri bahwa orang Syi'ah bertaqiyyah karena masih 'lemah'
sehingga sukar ditemui. Saya tidak faham dengan ulama jenis ini.
Saya
mengusulkan agar saudara-saudara mengundang pejabat-pejabat dan anggota ABRI yang
kemarin saudara-saudara undang dan siapa saja. Hadir 'pesakitan' dihadapan
saudarasaudara. Saudara-saudara akan mendapatkan perlawanan yang hebat dan
tidak main-main karena ulama-ulama muda ini bukanlah ulama 'karbitan' dan bukan
juga ulama mainan. Ini baru tontonan menarik, saudara-saudara akan menyaksikan
dialog bukan monolog.
Berikan Komentar Anda