OlehRuhallah Al-Musawi Khomeini Anakku, kini aku hendak berbicara sedikit tentang masalah pribadi dan keluarga, serta mengakhiri pembicaraanku yang panjang-lebar ini. Nasihatku yang terpenting kepadamu (dalam masalah ini), Anakku yang kusayangi, adalah untuk mengurusi ibumu yang paling setia itu. Seseorang tak dapat menghitung hak-hak ibu yang (memang) tak terhitung, dan seseorang tak mungkin bisa memenuhi hak-haknya. Satu malam yang dijalani oleh seorang ibu dalam mengurusi anaknya bernilai lebih besar daripada bertahun-tahun kehidupan seorang ayah yang setia. Kelembutan dan kasih-sayang yang terkandung dalam mata-berbinar seorang ibu adalah kilatan kasih dan sayang Rabb Sekalian Alam. Allah, Subhânahu wa Ta'âlâ, telah meniupkan ke dalam hati dan jiwa para ibu kasih dan sayang-Nya sendiri dengan suatu cara yang tak terperikan dan tak seorang pun bisa menghargainya kecuali para ibu itu sendiri. Berkat kasih-abadi-Nyalah maka para ibu, kukuh seperti 'Arsy Allah itu sendiri, memiliki kekuatan untuk menanggung kesakitan dan kesusahan menjadi ibu, sejak awal kehamilan, selama kehamilan itu sendiri, persalinan, tahun-tahun anaknya masih bayi, dan sepanjang hidup anaknya. Itulah hal-hal yang seorang ayah tak bisa menanggungnya meski hanya semalam. Anakku, apa yang dinyatakan dalam hadis—yakni bahwa "surga terletak di telapak kaki ibu" adalah suatu kenyataan. Dan hal itu telah diungkapkan dengan cara yang anggun seperti itu demi menekankan nilai-pentingnya yang luar-biasa dan untuk mengingatkan kepada anak-anak agar mencari kebahagiaan dan surga dalam debu di telapak kaki ibu. Juga agar mereka selalu ingat bahwa menghormati ibu adalah seperti berkhidmat kepada Allah. Dan agar sese orang mencari keridhaan Allah dalam keridhaan ibu. Meski semua ibu adalah teladan, sebagian di antara mereka memiliki sifat-sifat khusus tertentu. Saya memiliki kenang-kenangan dengan ibumu yang mulia mengenai bagaimana ia memberikan seluruh siang dan malamnya untuk membesarkan anak-anaknya Saya telah melihat dalam dirinya sifat-sifat yang mulia ini. Saya nasihati engkau dan semua anggota keluargaku untuk berbuat yang terbaik dalam melayaninya dan mencari keridhaannya setelah kematianku. Buatlah dia serela aku sekarang ketika melihat ia rela kepadamu semua. Berbuatlah sebaik- baiknya untuk melayani dia selama aku masih hidup dan lebih baik lagi sepeninggalku. Aku nasihati engkau, Anakku Ahmad, agar engkau memperlakukan sanak-kerabat dan semua anggota- keluargamu—khususnya saudara-saudara- perempuanmu, keponakan-keponakanmu (laki-laki dan perempuan)—dengan kebaikan-hati dan kelembutan, serta keikhlasan dan pengorbanan-diri. Bimbinganku yang terakhir bagi seluruh anakku adalah agar bersatu-pendapat dalam semua urusan, memperlakukan satu sama lain dengan kebaikan-hati dan kecintaan, dan menapaki jalan Allah dan jalan pelayanan kepada para makhluk-Nya yang papa— karena ini akan memberikan kebaikan bagimu di dunia ini dan di akhirat. Aku nasihati Husain, buah- hatiku, agar tidak mengabaikan kegiatan belajar ilmu- ilmu agama, untuk tidak menyia-nyiakan bakat yang dianugerahkan Allah kepadanya, dan untuk memperlakukan ibu dan saudara-saudara- perempuannya dengan cinta dan kelembutan, serta mengikuti jalan yang lurus di masa-mudanya. Nasihat-terakhirku bagi engkau, Ahmad, adalah agar engkau membesarkan dan mendidik anak- anakmu dengan baik, mengakrabkan mereka dengan Islam yang sama-sama kita cintai sejak masa-kecil, untuk menghormati ibu mereka yang baik-hati dan mulia, dan siap untuk melayani sanak-kerabatnya. Salam Allah (semoga) dilimpahkan kepada orang- orang yang lurus. Aku meminta kepada semua anggota keluargaku—khususnya anak-anakku— untuk memaafkan semua kesalahan dan kekuranganku dalam berhubungan dengan mereka, untuk mengampuni semua ketidakadilan yang mungkin aku lakukan kepada mereka, dan untuk memintakan ampunan dan kasih sayang Allah bagiku. Sungguh, Ia Maha Penyayang dari semua yang penyayang. Aku memohon kepada Allah, Yang Mahadermawan, untuk menolong sanak-kerabatku (agar terpelihara) di jalan (menuju) kebahagiaan dan istiqâmah, serta melingkupi mereka dengan kasih- sayang-Nya yang serba-meliputi, untuk memberikan kekuatan kepada Islam dan kaum Muslim, dan memotong tangan-tangan mustaqbarin dan kuasa- besar-penindas (agar mereka tak bisa melakukan) penganiayaan (kepada mereka). Shalawat dan salam atas Rasulullah, sang penutup rangkaian para nabi, dan atas keluarganya yang ma'shûm, serta laknat Allah kepada musuh-musuh mereka semua hingga Hari Kebangkitan |
OlehRuhallah Al-Musawi Khomeini Anakku, kini aku hendak berbicara sedikit tentang masalah pribadi dan keluarga, serta mengakhiri pembicaraanku yang panjang-lebar ini. Nasihatku yang terpenting kepadamu (dalam masalah ini), Anakku yang kusayangi, adalah untuk mengurusi ibumu yang paling setia itu. Seseorang tak dapat menghitung hak-hak ibu yang (memang) tak terhitung, dan seseorang tak mungkin bisa memenuhi hak-haknya. Satu malam yang dijalani oleh seorang ibu dalam mengurusi anaknya bernilai lebih besar daripada bertahun-tahun kehidupan seorang ayah yang setia. Kelembutan dan kasih-sayang yang terkandung dalam mata-berbinar seorang ibu adalah kilatan kasih dan sayang Rabb Sekalian Alam. Allah, Subhânahu wa Ta'âlâ, telah meniupkan ke dalam hati dan jiwa para ibu kasih dan sayang-Nya sendiri dengan suatu cara yang tak terperikan dan tak seorang pun bisa menghargainya kecuali para ibu itu sendiri. Berkat kasih-abadi-Nyalah maka para ibu, kukuh seperti 'Arsy Allah itu sendiri, memiliki kekuatan untuk menanggung kesakitan dan kesusahan menjadi ibu, sejak awal kehamilan, selama kehamilan itu sendiri, persalinan, tahun-tahun anaknya masih bayi, dan sepanjang hidup anaknya. Itulah hal-hal yang seorang ayah tak bisa menanggungnya meski hanya semalam. Anakku, apa yang dinyatakan dalam hadis—yakni bahwa "surga terletak di telapak kaki ibu" adalah suatu kenyataan. Dan hal itu telah diungkapkan dengan cara yang anggun seperti itu demi menekankan nilai-pentingnya yang luar-biasa dan untuk mengingatkan kepada anak-anak agar mencari kebahagiaan dan surga dalam debu di telapak kaki ibu. Juga agar mereka selalu ingat bahwa menghormati ibu adalah seperti berkhidmat kepada Allah. Dan agar sese orang mencari keridhaan Allah dalam keridhaan ibu. Meski semua ibu adalah teladan, sebagian di antara mereka memiliki sifat-sifat khusus tertentu. Saya memiliki kenang-kenangan dengan ibumu yang mulia mengenai bagaimana ia memberikan seluruh siang dan malamnya untuk membesarkan anak-anaknya Saya telah melihat dalam dirinya sifat-sifat yang mulia ini. Saya nasihati engkau dan semua anggota keluargaku untuk berbuat yang terbaik dalam melayaninya dan mencari keridhaannya setelah kematianku. Buatlah dia serela aku sekarang ketika melihat ia rela kepadamu semua. Berbuatlah sebaik- baiknya untuk melayani dia selama aku masih hidup dan lebih baik lagi sepeninggalku. Aku nasihati engkau, Anakku Ahmad, agar engkau memperlakukan sanak-kerabat dan semua anggota- keluargamu—khususnya saudara-saudara- perempuanmu, keponakan-keponakanmu (laki-laki dan perempuan)—dengan kebaikan-hati dan kelembutan, serta keikhlasan dan pengorbanan-diri. Bimbinganku yang terakhir bagi seluruh anakku adalah agar bersatu-pendapat dalam semua urusan, memperlakukan satu sama lain dengan kebaikan-hati dan kecintaan, dan menapaki jalan Allah dan jalan pelayanan kepada para makhluk-Nya yang papa— karena ini akan memberikan kebaikan bagimu di dunia ini dan di akhirat. Aku nasihati Husain, buah- hatiku, agar tidak mengabaikan kegiatan belajar ilmu- ilmu agama, untuk tidak menyia-nyiakan bakat yang dianugerahkan Allah kepadanya, dan untuk memperlakukan ibu dan saudara-saudara- perempuannya dengan cinta dan kelembutan, serta mengikuti jalan yang lurus di masa-mudanya. Nasihat-terakhirku bagi engkau, Ahmad, adalah agar engkau membesarkan dan mendidik anak- anakmu dengan baik, mengakrabkan mereka dengan Islam yang sama-sama kita cintai sejak masa-kecil, untuk menghormati ibu mereka yang baik-hati dan mulia, dan siap untuk melayani sanak-kerabatnya. Salam Allah (semoga) dilimpahkan kepada orang- orang yang lurus. Aku meminta kepada semua anggota keluargaku—khususnya anak-anakku— untuk memaafkan semua kesalahan dan kekuranganku dalam berhubungan dengan mereka, untuk mengampuni semua ketidakadilan yang mungkin aku lakukan kepada mereka, dan untuk memintakan ampunan dan kasih sayang Allah bagiku. Sungguh, Ia Maha Penyayang dari semua yang penyayang. Aku memohon kepada Allah, Yang Mahadermawan, untuk menolong sanak-kerabatku (agar terpelihara) di jalan (menuju) kebahagiaan dan istiqâmah, serta melingkupi mereka dengan kasih- sayang-Nya yang serba-meliputi, untuk memberikan kekuatan kepada Islam dan kaum Muslim, dan memotong tangan-tangan mustaqbarin dan kuasa- besar-penindas (agar mereka tak bisa melakukan) penganiayaan (kepada mereka). Shalawat dan salam atas Rasulullah, sang penutup rangkaian para nabi, dan atas keluarganya yang ma'shûm, serta laknat Allah kepada musuh-musuh mereka semua hingga Hari Kebangkitan |
Nasehat Imam Khomeini Tentang Keluarga
« Prev Post
Next Post »
Berikan Komentar Anda