Jangan terlalu sibuk mengurus dunia hingga lupa bahwa hidup punya batas waktu. Hidup harus seimbang, menabunglah sekarang demi akhiratmu.
Home » » Taqiyyah dan Filosofinya

Taqiyyah dan Filosofinya

Syi'ah meyakini bahwa jika seseorang berada di tengah-tengah lingkungan orang-orang fanatik, keras kepala, dan tidak bisa diajak berpikir rasional, sehingga akan membahayakan keselamatan dirinya jika dia menampakkan aqidah yang dianutnya, sementara itu tidak ada manfaat berarti yang dapat diperolehnya dan penampakan aqidahnya itu, dalam situasi seperti ini ia harus menyembunyikan aqidahnya dari menyelamatkan dirinya. Sikap semacam ini Syi'ah menyebutnya taqiyyah, yang berlandaskan pada dua ayat al-Quran dan dalil aqli.

Pertama,berkaitan dengan seorang mukrnm dari keluarga Fira'un. Al-Quran menegaskan:

Dan seorang mukinin dari keluarga Fira'un yang menyembunyikan imannya berkata: "Apakah kalian akan membunuh seseorang yang berkata Allah adalah Tuhariku padahal ia telah membawakan kalian kebenaran-kebenaran dari Tuhari kalian." (QS. 40:28)

Kalimat yaktumu imanah, menyembunyikan imannya, jelas-jelas menegaskan masalah taqiyyah. Maka apakah bijaksana jika mukinin dan keluarga Fira'un itu terang-terangan menyatakan imannya, padahal dapat membahayakan keselamatannya? Selain itu tidak ada manfaat yang dapat diperolehnya.

Kedua, berkaitan dengan sekelompok pejuang mukinin pada masa awal Islam yang hidup di tengah-tengah kaum musyrikin fanatik. Kepada mereka Allah memerintahkan taqiyyah dengan firman-Nya:

Orang-orang beriman tidak boleh menjadikan orang-orang kafir sebagai peinimpin-peinimpin mereka dengan meninggalkan orang-orang beriman. Barangsiapa melakukan itu, maka putus hubungannya dengan Allah kecuali jika ada sesuatu yang kamu takuti dari mereka. (QS. 3:28)

Definisi taqiyyah ialah menyembunyikan keyakinan atau aqidah di hadapan lawan fanatik dan keras kepala yang dapat membahayakan keselamatan diri, harta dan kehormatannya, di samping tidak ada hasil memadai yang dapat diraih. Dalam keadaan seperti ini seseorang tidak boleh mencelakakan dirinya dan menyia-nyiakan potensinya. Ia harus menjaganya untuk digunakan pada keadaan-keadaan yang diperlukan. Imam Ja'far Shadiq berkata:

T'aqiyyah itu tamengnya orang mukinin. (Wasail Syiah XI/461. Di beberapa Riwayat, bunyi hadis di atas demikian: tursullah fil ardh, tamengnya Allah di muka bumi.)


Ungkapan bahwa taqiyyah adalah tameng merupakan perumpamaan yang sangat menarik yang menggambarkan bahwa taqiyyah adalah alat pertaharian diri menghadapi lawan. Dalam catatan sejarah telah populer bahwa Sahabat Ammar Ibn Yasir telah bertaqiyyah di hadapan kaum musyrik dan mendapatkan pembenaran dari Nabi Muhammad saw.

Selain itu, apa yang biasa dilakukan para tentara saat berperang, melawan musuh, seperti bersembunyi dan menyimpan rahasia perang pada dasamya merupakan bagian dari taqiyyah yang lazim terjadi pada kehidupan manusia.

Secara urnum, taqiyyab ialah menyembunyikan sesuatu yang apabila menampakkannya dapat berakibat buruk dan dapat mencelakakan diri, di samping tidak memperoleh sesuatu hasil yang memadai.

Sikap seperti ini logis sekali dan dibenarkan oleh syariat. Bukan saja orang Syi'ah yang melaksanakannya, tapi seluruh kaum Muslimin, bahkan seluruh orang-orang berakal, yaitu ketika hal itu diperlukan. Karena itu amat mengherankan jika ada sebagian pihak menganggapnya khas Syi'ah kemudian menjadikannya sasaran tembak terhadap Syi'ah, padahal masalahnya sangat jelas, berakar pada al-Quran dan Sunnah, diamalkan para sahabat, dan dibenarkan oleh semua orang-orang berakal.



Posisi Haram Taqiyyah
Syi'ah percaya bahwa sebab utama kesalahfahaman ini adalah kurangnya informasi yang cukup tentang aqidah Syi'ah atau mendapatkannya dari musuh-musuh Syi'ah. Kami berharap, melalui keterangan yang kami berikan ini persoalannya menjadi jelas.

Namun Demikian, kami harus tegaskan bahwa pada beberapa keadaan, taqiyyah haram hukumnya, yaitu ketika dasar agama, Islam, Quran, atau tatanan Islam dalam bahaya. Dalam situasi seperti ini, seseorang harus menampakkan aqidahnya, meskipun nyawa sebagai taruharinya. Karena itulah Syi'ah meyakini bahwa kebangkitan Imam Husain di Karbala merupakan penvujudan dan tujuan mulia ini, sebab penguasa Bani Umaiyah telah sangat rnembahayakan dasar Islam. Kebangkitan Imam Husain telah menggagalkan niat jahat Bani Umayyah dan telah menyelamatkan Islam dari marabahaya.

Previous
« Prev Post

Berikan Komentar Anda

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.