Proyek Penyesatan Syiah |
Proyek penyesatan Syiah mulai dilakukan secara masif ketika negara AS dan negara Arab melihat Iran pasca revolusi tahun 1979 terus menancapkan pengaruhnya di Timur Tengah yang dianggap mengganggu kepentingan ekonomi-politik mereka.
Padahal di masa kerajaan Syah Pahlevi, hubungan Iran dengan negara Arab terkenal sangat dekat, harmonis dan jauh dari konflik sektarian.
Tidak ada satupun mufti negara Arab saat itu yang menyinggung masalah Syiah, apalagi mengeluarkan fatwa mazhab yang dianut Syah Pahlevi dan mayoritas rakyat Iran sebagai sesat, majusi, atau propaganda “musuh Islam terbesar adalah Syiah dan Iran”.
Keadaan menjadi terbalik ketika terjadi revolusi Islam, Imam Khomeini mengusir AS dari Iran, kemudian AS mencari jangkar baru untuk terus menancapkan pengaruhnya di Timur Tengah dan menjadikan Arab Saudi sekutu dekatnya menggantikan posisi Iran.
Hubungan Iran dan AS serta negara-negara Arab mulai memburuk, sejak saat itu muncullah proyek penyesatan terhadap syiah yang kebetulan dianut oleh mayoritas bangsa Iran.
Bahkan ketika perang Irak-Iran terjadi, AS dibantu koalisi Arab mengagresi Iran selama 8 tahun, ulama-ulama bayaran kerajaan Arab mulai memproduksi fatwa penyesatan Syiah. Ulama-ulama mereka mengobarkan sentimen anti Iran dengan kamuflase mengenai bahaya Syiah karena Iran dianggap mengekspor revolusi yang membuat banyak penguasa diktator dan monarkhi di Timur Tengah menjadi was-was.
Proyek penyesatan Syiah adalah murni kepentingan politik para diktator dan monarkhi di Timur Tengah untuk mengamankan dan melanggengkan kekuasaannya, mereka sangat terganggu dengan pernyataan dan kritikan Iran yang terus membawa semangat perubahan di Timur Tengah.
AS dan Zionisme juga ikut memanfaatkan isu sektarian untuk mengalihkan perhatian dunia dari masalah pembantaian di Palestina, Yaman, Syiria, Libia, dll. Mereka memerlukan peristiwa-peristiwa tragis di negara Arab supaya tampak sebagai perang etnis dan sektarian. Tak aneh jika AS dan negara Arab yang menjadi sekutunya berusaha menggunakan semua kesempatan yang ada untuk meraih ambisi mereka.
Mereka menerapkan perang proxy dengan cara mendukung dan memfasilitasi kelompok teroris dan ekstrimis Islam seperti ISIS, dan al Qaeda untuk diadu dengan sesama Islam, perang ini akan terus dilakukan untuk mengukuhkan posisi kekuasaan mereka. Memanfaatkan kelompok tersebut untuk melakukan misi pengerusakan, pemboman, dan misi penyesatan melalui media online dan buku-buku yang memecah belah.
Terlihat jelas bahwa, Iran yang menjadi teman setia AS dan negara Arab adalah Iran yang Syiahnya Syah Pahlevi, Syiah yang pro-AS, Syiah yang patuh pada pendiktean AS. Bukan Syiahnya Imam Khomeini yang menentang keras penjajahan dan penindasan, Syiah yang terus mengkritisi dan mengusik para diktator Arab yang menjadi tangan kanan AS.
Di Indonesia, penyesatan mazhab Syiah semakin masif didengungkan melalui para alumni Timur Tengah yang terus menyebarkan aroma konflik sektarian demi menjatuhkan Iran dan Syiah. Konflik yang sejatinya murni politik digambarkan menjadi konflik sektarian Sunni-Syiah. Mereka terus mengembangkan dan menancapkan doktrin wahabisme yang menjadikan orang di luar lingkaran mereka sebagai pengikut kesesatan.
Kelompok ini akan terus mengkampayekan bahaya laten Syiah. Apapun konflik yang terjadi di Timur Tengah akan dihubung-hubungkan kepada Syiah. Contoh kecil adalah perang Suriah yang pecah pada awal 2011, Bashar al-Assad yang sejatinya seorang sekuleris sosialis dituding sebagai penganut Syiah yang akan menghancurkan Sunni, lalu meletuslah perang hingga saat ini.
Begitu juga dengan konflik di Yaman disajikan sebagai konflik Sunni-Syiah, padahal sebenarnya adalah konflik politik , ini dilakukan dengan sengaja untuk mengaburkan dan memperburuk hubungan Sunni-Syiah di seluruh dunia khususnya di Indonesia.
Dalam sejarah peradabannya, Sunni-Syiah di Indonesia tidak mengenal konflik sektarian, banyak bukti menjelaskan bahwa tradisi keagamaan Syiah sudah banyak terserap dalam kebudayaan Nusantara. Jelas keharmonisan ini menggambarkan penyebaran Islam di Nusantara dilakukan Sunni-Syiah dengan cara bergandengan tangan.
Bangsa Indonesia harus mengerti akan agenda politik adu yang dapat menghancurkan NKRI, bahwa ada sekelompok manusia antah berantah berusaha memindahkan konflik Timur Tengah ke bumi pertiwi, kelompok ini memiliki cita-cita mendirikan negara Islam diktator yang menjadi kaki tangan AS dan Zionisme.
Berikan Komentar Anda