Sejarah Islam di Afrika Selatan
Pada awalnya wilayah Afrika telah dihuni oleh bangsa Barbar jauh-jauh abad sebelum datangnya Islam di Afrika. Di dalam sejarah Barbar diartikan sebagai nama bangsa yag bertebaran di dataran Eropa sejak abad ke-3 M. namun sebenrnya asal mula bangsa ini adalah berasal dari asia bagian tengah khususnya Kaukasus. Pada masa itu juga kekuasaan Byzantium di Afrika yaitu Kartago berhasil dikalahkan oleh orang-orang Vandal dengan pimpinan Geiserik.
Pada masa Nabi Muhammad S.A.W, kontak Islam dengan wilayah Afrika pertama kali adalah ketika para sahabat hijrah ke Abisinia. Di sana mereka mendapat perlakuan yang baik dan hangat dari penguasa Abisinia yaitu Raja Najasy (Negrus). Pada masa khalifah Umar bin Khattab, panglima Amr bin ‘Ash berhasil menguasai Mesir dan mengalahkan tentara Byzantium dan kota Fustat pun menjadi ibu kota Islam pertama di Afrika. Pada masa khalifah Usman bin Affan, ia mengirimkan Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarah yang kemudian bisa mengalahkan tentara Byzantium dalam peperangan di Laut Tengah.
Akhirnya atas permintaan dari penguasa daerah Byzantium maka diadakanlah gencatan senjata. Hal ini dimaksudkan agar semua wilayah yang telah jatuh ke tangan kaum Muslim bisa direbut kembali. Kemudian pada masa Muawiyah bin Abu Sofyan pendiri dinasti Umayyah mengutus Uqbah bin Nafi’ untuk menjadi gubernur di Afrika pada tahun 666 M, dengan beribu kota di Fustat. Pasukandari Uqbah ini telah memulihkan keadaan di daerah itu menjadi aman dan terkendali sepenuhnya. Namun setelah semuanya berjalan lancar tanpa disangka Uqbah dipecat dan digantikan oleh Abdul Muhajir maka Uqbah pun menghadap kepada Muawiyah dan memprotes pemberhentian dirinya karena ia merasa bahwa ia telah memberikan kemajuan pada kaum Muslim saat itu.
Saat Abdul Muhajir berkuasa di Ifriqiyah ia malah menghancurkan Kairawan yang dibentuk oleh Uqbah berikut dengan masjid yang tersohornya pula sealah itu kemudian Ia membangunnya kembali. Dia melakukan hal ini adalah bertujuan agar sejarah mencatat namanya sebagai pendiri kota dan masjid Kairawan. Di Afrika sendiri ada beberapa dinasti kecil yang memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan Islam kala itu.
Awal perkembangan Islam di Afrika dapat dilacak sejak abad ke-7 M ketika Nabi Muhammad SAW menyarankan sejumlah sahabat untuk menghindari penindasan kaum kafir Mekkah dengan hijrah menyebrangi Laut Merah ke Kerajaan Kristen Abisinia (saat ini Ethiopia) yang diperintah oleh al-Najashi. Dalam tradisi Islam, peristiwa ini disebut hijrah pertama. Wilayah Afrika merupakan wilayah pertama yang digunakan oleh kaum Muslimin sebagai tempat berlindung dan wilayah Afrika juga merupakan wilayah pertama penyebaran Islam di luar semenanjung Arab.
Pesatnya perkembangan Islam di Afrika Selatan adalah lantaran kemiskinan. Islam memberikan jawaban atas kemiskinan lewat zakat, sedekah, wakaf dan sejenisnya. Bagi masyarakat Afrika, Islam memberikan jalan keluar untuk masalah sosial. Afrika adalah negeri dengan mayoritas Kristen lantaran lama dijajah Eropa dan lantas menjadi koloni Inggris. Namun klausul tentang zakat ternyata menarik penduduk asli untuk pindah agama. Sementara bagi intelektual muda, reformasi sosial dan gaya hidup yang dianggap lebih suci merupakan faktor penentu. Tahun 1976, hanya ada sekitar 10 orang warga berkulit hitam yang beragama Islam di Soweto. Mereka dekat satu sama lain. Beberapa warga yang memeluk Islam lantas mengubah namanya menjadi nama Islam. Hanya nama belakang saja yang dibiarkan sebagai identitas pribadi. Mereka mengindentikkan diri dengan Bilal, seorang budak yang dimerdekakan dan lantas menjadi muadzin pada zaman Rasulullah SAW.
Sejak itu pertumbuhan Islam di Afrika Selatan sangat pesat. Sebagian besar memang kalangan muda. Mereka tertarik karena kehidupan Islam bisa membuat mereka meninggalkan kehidupan ala preman dan obat-obatan. Islam menjadi agama yang pertumbuhannya tercepat di tanah hitam itu saat ini. Mereka percaya kembali ke Islam dapat memperbaiki dekadensi moral yang melanda negerinya. Gerakan kembali ke Islam fundamental bukan cuma terjadi di Negeria tapi menyusup ke belahan bumi Afrika lainnya. Tak terkecuali Afrika Selatan. Kemerosotan ekonomi adalah faktor utama yang mendukung meruyaknya gerakan Islam fundamental di Afrika. Dengan segera gerakan yang semula berkembang di Nigeria memiliki pengikut di Ghana, Kamerun, Benin. Para pemuda menjadi pelopor kebangkitan Islam di tanah hitam. Ini sepintas mengingatkan kita pada kebangkitan Islam di Mesir saat negeri itu dipimpin Anwar Sadat dengan munculnya gerakan Ikhwanul Muslimun.
Seperti di Indonesia, gerakan konservatif atau radikal fundamental ini tentu saja berseberangan dengan kubu liberal. Afrika Selatan saat ini, setelah post-apartheid, tengah berjalan menuju demokrasi liberal. Dengan sendirinya, gerakan fundamental tidak saja berhadapan dengan pihak yang ingin meninggalkan kehidupan agama tapi juga pihak Muslim yang menempuh jalur liberal. Bagi kalangan Islam liberal, perubahan sosial harus dipertimbangkan. Pluralisme, demokrasi, keadilan sosial, dan egalitarian adalah nilai inti dari Islam. Karena itu mereka menolak gagasan kembali ke fundamentalisme. Sementara bagi kalangan konservatif tradisional, gerakan yang dilakukan kubu modernis liberal adalah sebuah konspirasi menghancurkan identitas Islam Afrika. Mereka menolak setiap gagasan berbau Barat. Demokrasi yang digaungkan adalah suara dan kepentingan Barat. Dan Afrika bukan Barat. Mereka pernah hancur karena dijajah Barat.
Dua perkembangan Islam yang berbeda, radikal dan liberal, adalah fenomena yang terjadi tidak saja di Afrika tapi juga Asia. Namun pertumbuhan di Afrika adalah pengulangan atas sejarah Ikhwanul Muslimun. Historia repitie. Sejarah selalu berulang. Entah apakah Islam radikal bisa mencapai posisi seperti Ikhwanul Muslimun di Mesir karena hambatan yang mereka hadapi sangat ketat. Seperti Indonesia, Afrika Selatan adalah negeri yang sedang tumbuh. Hanya saja Indonesia lama terpuruk pada krisis ekonomi yang berkepanjangan akibat korupsi puluhan tahun. Karena itu keinginan yang tumbuh di Afrika Selatan, mengedepankan nilai Islam juga ada di Indonesia. Hanya saja pemerintah seolah keburu meredam gejolak tersebut.
Di Afrika Selatan, gerakan radikal Islam menolak disebut sebagai fundamental. Mereka lebih senang disebut Islam kaffah karena yang mereka tempuh adalah mengedepankan nilai Islam keseluruhan. Afrika adalah bangsa yang pernah dekat dengan Islam. Karena itu kembali kepada nilai-nilai spiritual yang lama hilang adalah keniscayaan. Maka mereka mengoptimalkan masjid, imam, anak muda dan seluruh komponen pendukung. Secara kuantitas, tak dapat dipastikan berapa persen pertumbuhan umat Islam di negeri Nelson Mandela itu. Itu karena peng-Islaman biasanya dilakukan secara informal. Bahkan juga tidak ada angka statistik yang jelas tentang jumlah Muslim Afrika Selatan. Hanya ada angka perkiraan kasar yang menyatakan jumlah Muslim di Soweto mencapai 10 ribu orang. Jumlah yang sama juga tumbuh di kota-kota besar lain.
Hampir 72 persen warga kulit hitam beragama Kristen. Sisanya masih menganut kepercayaan lokal. Hanya jumlah kecil yang beragama Islam, Hindu, dan Yahudi. Islam datang ke Afrika lewat pedagang Arab. Hanya saja kemudian terpinggirkan oleh gerakan misionaris. Kemudian politik apartheid juga membatasi gerak Islam untuk tumbuh. Dana dari Muslim India dan warga kulit hitam sebetulnya sangat membantu mengurangi penduduk miskin. Hanya kemudian ada benturan di antara mereka. Warga kulit hitam menilai India rasis. Indian juga sangat radikal yang karenanya dilekatkan dengan gerakan teroris. Yang belakangan itu merujuk pada adanya warga Indian yang terlibat pemboman restoran di Cape Town.
Muslim kulit hitam menganggap dirinya lebih moderat kendati masih bersimpati dengan warga Palestina dan Afghanistan. Sedangkan kelompok Indian Muslim dianggap lebih memperhatikan politik praktis dan perkembangan dunia luar ketimbang warganya sendiri. Muslim kulit hitam pada akhirnya harus berjuang sendiri mengumpulkan dana untuk pendidikan dan kesejahteraan umat Islam. Terbukti, gerakan ini lebih menarik penduduk miskin untuk masuk Islam. Sementara warga Indian terlibat dalam aktivitas radikal yang menurut mereka bisa mengeluarkan mereka dari penghancuran Islam dengan alasan kebudayaan.
Tokoh Islam Nusantara dan Tokoh Islam Lainnya di Afrika Selatan
Tokoh Islam Nusantara dan Tokoh Islam Lainnya di Afrika Selatan
Lintasan sejarah tokoh yang paling terkenal di antara mereka adalah Syekh Yusuf al-Makassari, dipaparkan oleh editor buku ini. Syekh Yusuf al-Makassari, tokoh bangsawan Sulawesi Selatan ini, lahir pada tanggal 3 Juli 1626. Ibunya seorang wanita Makassar, sedangkan ayahnya seorang pedagang Arab yang bernama Abdul Khaidir. Asal usul Syekh Yusuf masih agak gelap dan perlu diteliti kembali secara lebih terperinci. Pentingnya, Syekh Yusuf berkelana di seantero dunia Islam pada zamannya, khususnya ke Mekkah untuk memperdalam pengetahuannya tentang Islam. Ia pulang ke Nusantara tahun 1672, tetapi tidak ke Sulawesi Selatan, melainkan ke Banten di mana ia menjadi mufti di bawah sultan Banten, Sultan Ageng Tirtayasa. Waktu Banten mengalami konflik dengan VOC (Belanda). Syekh Yusuf sangat giat berperang melawan VOC sehingga tahun 1683 ia dibuang ke Seilon (Sri Lanka) yang waktu itu masih dikuasai orang Belanda juga. Belanda kurang puas dengan pembuangannya ke sana karena banyak orang Nusantara singgah di Seilon waktu pergi atau pulang dari Mekkah. Ia kemudian dibuang ke Afrika Selatan dan berpulang di sana, dan dikuburkan di Zandvliet, distrik Stellenbosch yang sekarang diketahui dengan nama Macassar Duinen (Bukit Makassar).
Muslim menonjol ditemukan di banyak bidang kehidupan Afrika Selatan, terutama dalam politik di mana mereka diwakili pada semua tingkat pemerintahan. Anggota Kabinet telah memasukkan Naledi Pandor , mantan Menteri Pendidikan, dan Menteri saat ini Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta Surty Enver . Essop Pahad dan saudaranya Aziz Pahad . Menteri lainnya termasuk mantan Kader Asmal (Pendidikan) dan Dullah Omar [Kehakiman, Transportasi].
Selain menteri kabinet, ada sejumlah Anggota Parlemen serta anggota dewan di berbagai provinsi Yang pertama di Cape Barat terkemuka, Ebrahim Rasool , adalah Muslim (Rasool saat ini menjabat sebagai Duta Besar Afrika Selatan untuk Amerika Serikat). Imam Hassan Salomo (Raham) adalah seorang Anggota Parlemen dari 1994 sampai kematiannya pada 2009. Selama perjuangan untuk pembebasan, Imam menemukan dirinya diminta oleh masyarakat banyak untuk berkhotbah, bahkan di gereja-gereja! Ia bergabung dengan Front Persatuan Demokrat, dilihat oleh banyak orang sebagai kedok untuk Nasional Afrika dilarang Congress (ANC). Selama tahun di pengasingan di Arab Saudi, Imam Salomo furthered pendidikan Islam, tetapi selalu tersedia untuk mencerahkan orang tentang situasi di Afrika Selatan. Imam Salomo kembali ke Afrika Selatan pada tahun 1992, dan mengambil kursi di Majelis Nasional di DPR setelah pemilihan umum demokratis pertama pada tahun 1994. Ia menjabat Parlemen sampai kematiannya pada 2009. Ismail Mahomed adalah pasca-apartheid pertama Hakim Agung Afrika Selatan.
Dalam olahraga, South Afrika paling menonjol Muslim adalah Uji kriket Hashim Amla. Dalam rugby, bakat baru Ismaeel Dollie telah datang untuk kedepan. Hazrat Sheikh Ahmed Badsha rekan adalah seorang sufi yang sangat dihormati. Ia tiba di Afrika Selatan pada tahun 1860 sebagai buruh diwajibkan dan diberikan debit terhormat oleh penguasa kolonial Inggris ketika ia ditemukan menjadi mistik. . Makamnya berada di Badsha rekan Square / Brook Street Cemetery di Durban.
Abu Bakar Effendi adalah Osmanli kadi yang dikirim pada tahun 1862 oleh Ottoman Sultan Abdülmecid saya atas permintaan dari Inggris Queen Victoria ke Tanjung Harapan , untuk mengajar dan membantu Muslim dari masyarakat Melayu Cape . Selama tinggal di Cape ia dihasilkan pada karya-karya pertama dalam sastra Afrikaans dengan karyanya dalam bahasa Arab Afrikaans , Uiteensetting van die godsdiens (bahasa Inggris: Eksposisi Agama).
Partai Politik
Ketika pemilu demokratis pertama terjadi pada bulan April 1994 kedua pihak Muslim muncul, Partai Muslim Afrika dan Partai Islam. AMP diperebutkan Majelis Nasional maupun legislatif provinsi dan IP diperebutkan hanya legislatif Western Cape provinsi. Tidak satu pihak pun mampu mengamankan kursi di legislatif baik. Tidak ada partai Islam perwakilan diperebutkan pemilu 1999. Para Pemilu 2004 yang diperebutkan oleh AMP dan Perdamaian dan Keadilan Kongres, sekali lagi tidak berhasil.
Selain partai politik, sejumlah organisasi Islam beroperasi di Afrika Selatan, merawat berbagai aspek kehidupan Muslim. Organisasi besar termasuk Dewan Pengadilan Islam , yang kegiatannya meliputi penyediaan halal sertifikasi makanan. Para Afrika Selatan Haji dan Umrah Dewan (SAHUC) terlihat setelah kebutuhan jamaah haji Afrika Selatan dan bertanggung jawab untuk menerbitkan Haji izin. Ada ada banyak organisasi lokal lainnya yang mengurus kepentingan masyarakatnya.
Organisasi-organisasi seperti Pagad telah menerima perhatian untuk perjuangan mereka melawan momok dari premanisme dan narkoba. Pagad terdiri dari orang terutama Muslim, tetapi bergabung dengan orang-orang dari berbagai agama. Pagad, seperti namanya, itu seolah-olah dibentuk untuk memerangi tren meningkatnya premanisme dan penggunaan narkoba. Ini menjadi dikenal lebih menonjol, namun, sebagai pendukung teror perkotaan. Mereka terlibat dalam lebih dari 300 tindak kekerasan, sebagian besar yang melibatkan bahan peledak. Operasi Pagad yang banyak dihentikan setelah penangkapan dan penuntutan para pemimpinnya pada tahun 2000. Komunitas Muslim Ahmadiyah juga hadir.
Berikan Komentar Anda