Interaksi anjing dengan manusia sudah dimulai sejak zaman prasejarah. Karenanya, tidak mengherankan jika anjing mendapat julukan the manf? best sahabat terbaik manusia. Pada awalnya, manusia purba yang masih hidup nomaden atau selalu berpindah-pindah, tinggal di gua-gua dan rumah panggung atau pohon. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari gangguan musuh. Musuh manusia purba saat itu adalah binatang buas, cuaca yang ekstrem, dan kelompok manusia purba lainnya. Manusia purba hidup dari berburu dan mengumpulkan makanan (food and gathering). Saat menikmati binatang hasil buruannya, manusia purba sering tidak menghabiskan dan membuangnya di sekitar tempat tinggalnya. Anjing-anjing liar yang kelaparan kemudian mendekati daerah teritorial manusia tersebut dan mengambil sisa-sisa daging dan tulang hasil buruan manusia. Sesuai dengan sifatnya yang cenderung mempertahankan daerah teritorialnya, lama-kelamaan anjing tersebut sering menggonggong dan mengusir kelompok anjing liar lain serta binatang buas yang mendekati tempat tinggal manusia tersebut. Pengusiran ini bukan dimaksudkan menjaga manusia purba, tetapi lebih mempertahankan daerah kekuasaan anjing di daerah sekitar daerah tempat manusia puba tinggal yang berlimpah sisa daging dan tulang. Seiring dengan per jalanan waktu, akhirnya tercipta simbiosis mutualisme antara manusia dan anjing. Anjing memperoleh pakan 1 dari manusia purba d a n m a n u sia purba mendapat penjagaan dari kawanan anjing liar tersebut dari g a n g g u a n musuh. Ketika sekelompok manusia purba tersebut akhirnya pindah dan mencari daerah baru untuk tempat tinggal yang penuh dengan bahan makanan, anjing-anjing liar tersebut juga mengikutinya. Saat mereka berburu, sebagian anjing juga ikut membantu berburu dan sebagian lagi menjaga rumah gua atau daerah sekitar tempat tinggal. Lama kelamaan karena proses alam, fungsi dan tugas anjing-anjing tersebut terpecah. Ada yang menjadi anjing pemburu sekaligus anjing pelacak dan ada yang bertugas sebagai anjig penjaga. Titik awal penjinakan anjing sampai sekarang masih simpang siur. Banyak penelitian yang dilakukan dengan hasil berbeda. Dalam The Journal Science disebut bahwa anjing modern yang saat ini ada berasal dari tiga nenek moyang anjing betina yang disebut dengan "Hawa" para anjing dunia. Charles Vila, pimpinan ilmuwan dari Universitas Uppsala, Swedia, akhimya melacak asal-usul anjing dunia modern ini. Tugas para ilmuwan ini adalah untuk membuktikan bahwa asal-usul anjing adalah dari Timur Tengah. Namun, penemuan mereka menunjukkan bahwa asal-usul anjing berasal dari Asia Timur, dekat Cina. Perkembangan anjing yang mengikuti migrasi manusia inilah yang akhirnya sampai ke dunia baru. Peneliti lain yang dipimpin oleh Pater Savoilainen dari Royal Institute of Technology, Stockholm (Swedia) melakukan uji tes DNA terhadap anjing-anjing dari dunia lama yang diambil dari Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika. Penelitian mereka akhirnya menyimpulkan bahwa sebagian besar atau hampir 95% populasi anjing modem saat ini berasal dari sebuah kelompok gen tunggal serigala abu-abu betina Canis lupus pallipes. Serigala abu-abu yang dijinakkan oleh manusia pada zaman Palaeolitikum yang hidup di Asia Timur pada 15 ribu tahun yang lalu inilah yang akhimya menjadi anjing Canis Familianis. Menurut mereka, anjing dari Asia Timur ini mengikuti migrasi manusia purba ke wilayah dataran Eropa dan dataran lainnya, sehingga menyebar ke seluruh dunia. Penyebaran anjing ini mengikuti gerak perjalanan manusia. Hingga akhirnya timbullah ratusan ras anjing dengan berbagai jenis karakter dan ukuran yang berbeda, seperti anjing gembala jerman, doberman, boxer, collie, dalmatian, greyhound, labrador, spaniel, rottweiler, pit bull, dan ratusan jenis anjing lainnya. Seiring dengan perubahan zaman dan peradaban manusia, fungsi anjing juga ikut berubah. Ada anjing yang tugasnya menggembala ternak, anjing penjaga, anjing pelacak, serta di masyarakat agraris seperti di Indonesia anjing bertugas menjaga ladang dan sawah pertanian. Bahkan, beberapa ras anjing juga dilatih untuk ikut berperang dengan manusia. Penggunaan anjing dalam mendukung perang dan pertahanan ini pernah dilakukan masyarakat Mesir Kuno pada saat Firaun berkuasa. Di samping itu, juga digunakan oleh masyarakat Babilonia, Romawi sampai zaman Attila Sang Penakluk dari suku Hun, serta nenek moyang orang Cina dan Mongolia untuk menjaga dan mengamankan jalur logistik sepanjang jalur perjalanannya dalam menaklukkan wilayah musuh. Alexander Agung, maharaja dari Macedonia bahkan memperkuat prajuritnya dengan dukungan unit anjing penjaga di wilayah taklukannya. Jenderal Prancis, Napoleon Bonaparte, selalu unggul daiam setiap pertempuran juga berkat dukungan dan peran unit pasukan anjing. Dalam penemuan benua baru, Amerika, anjing pun ikut mengambil peranan penting. Saat itu, Cristophorus Colombus, seorang pelaut Italia mendapat dukungan dari Raja Ferdinand dan Ratu lsabella dari Castilia,Spanyol, untuk mencari pulau rempah-rempah. Pada waktu itu masyarakat Eropa menganggap pulau penghasil rempah-rempah adalah India. Dalam perjalanannya, Columbus tersasar dan mendarat di Pantai San Salvador, Kepulauan Bahama, di Laut Karibia pada tanggal 12 Oktober 1492. Pendaratan di dunia baru tersebut kemudian diikuti oleh prajurit Spanyol dengan dukungan pasukan unit anjing yang bertugas menaklukkan bangsa Indian di wilayah Meksiko dan Peru. Dalam peperangan modern anjing juga tetap digunakan. Pada Perang Dunia I (1914-1918), tentara jerman menggunakan kemampuan anjing untuk keperluan perang diwilayah Lechermick di dekat Berlin. Tentara Jerman tersebut meggunakan anjing gembala jerman dan doberman sebagai anjing penjaga pasukan dan instalasi atau proyek militer strategis untuk mencegah musuh melakukan penyusupan. Pada tahun 1989, ketika perang dingin berakhir dengan diruntuhkannya tembok Berlin, sekitar 2.700 ekor prajurit anjing rorlweiler dan herder ditarik ke Markas Besar Kepolisian Jerman Timur. Perkembangan pesat anjing penjaga dimulai pada Perang Dunia II. Saat itu, tentara Amerika Serikat mendirikan K9 Corps untuk mendukung pertempuran dan pertahanan, serta menjaga instalasi strategis di medan perang. Peranan K9 US ARMY ini semakin tampak saat terjadi Perang Korea, Vietnam, Afghanistan, dan Perang Teluk di Timur Tengah. Fungsi anjing dalam perang ini lebih dititikberatkan sebagai anjing penjaga untuk melindungi pasukan, peralatan perang, peluru kendali, gudang amunisi, persenjataan berat, dan sebagai pendeteksi ranjau di medan perang. Nama kemudian dipakai oleh semua satuan atau brigade polisi pasukan anjing di seluruh dunia. Di Indonesia, anjing penjaga digunakan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sejak tahun 1959. Awalnya, Ny. Roll Moll, seorang berkewarganegaraan jerman yang tinggal di Malang (jawa Timur), melatih beberapa orang sipil untuk menjadi pelatih anjing pekerja. Anjing yang dilatih adalah bovier dan gembala jerman. Anjing pekerja tersebut bertugas sebagai anjing pelacak, penjaga, dan penyerang. Orang-orang didikan Ny. Roll Moll tersebut kemudian direkrut oleh Polri dan menjadi embrio Polisi Pasukan Anjing. Untuk kepentingan dinas, kemudian didirikanlah Depo Pendidikan di Kelapadua; jakarta Timur, yang bertugas menyiapkan anjing untuk tugas kepolisian. Personil polisi dari Depo Kelapadua banyak yang dikirim ke luar negeri, seperti ke Jerman, Inggris, Selandia Baru, Belanda, dan Amerika Serikat untuk belajar tentang pelatihan anjing kerja (penjaga). Setelah kembali ke Tanah Air, mereka mengembangkan pelatihan anjing guna membantu lugas-tugas kepolisian di berbagai wilayah kepolisian daerah (polda) yang rawan keamanannya. Berdasarkan perintah Kepala Jawatan Kepolisian Negara No. Pol. 128/ VII/ 1959 tanggal 4 Iuli 1959 di Seksi Kejahatan Dinas Reserse Kriminal dibentuk Subseksi Brigade Anjing Dinas Kepolisian (BADK/DRK) di Kelapadua dengan tugas merencanakan dan memelihara sebuah depot pelatihan dan pemeliharaan anjing untuk keperluan kepolisian. Personil dari Kelapadua kemudian banyak belajar tentang pelatihan anjing ke luar negeri seperti Jerman, Belanda, Inggris, Selandia Baru, dan Amerika Serikat. Pada perkembangannya, anjing di kepolisian memiliki tugas yang beragam, seperti anjing SAR (search and rescue), anjing pelacak umum, anjing penjaga, anjing pendeteksi narkotika dan bahan peledak, bahkan anjing pendeteksi penyebab kebakaran. Tampaknya, anjing tidak hanya dimanfaatkan oleh institusi kepolisian. Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara (TNI-AU) pada tahun 1965 sempat mengirimkan beberapa prajuritnya untuk mengikuti pelatihan anjing penjaga untuk patroli dan menjaga keamanan pangkalan udara di seluruh Indonesia. Para prajurit TNI AU tersebut belajar tentang pelatihan anjing dengan mendalami pengetahuan khusus dari Brigade Anjing Dinas Kepolisian di Kelapadua. Di masyarakat umum, tugas anjing penjaga biasanya hanya sebagai penjaga rumah atau sebagai hiasan yang "berbahaya" Hal ini sering ditunjukkan dengan banyaknya tulisan "awas anjing galak" di beberapa rumah mewah. Padahal, jika dilatih secara benar "anjing galak" tersebut bisa difungsikan sebagai penjaga yang kualitas penjagaannya bisa melebihi manusia. Hal ini bisa terjadi karena kualitas sistem pendengaran, penciuman, dan penglihatan anjing lebih tinggi daripada manusia. Pada anjing, di antara indra tersebut yang paling unggul adalah indra penciuman. Meskipun sudah puluhan tahun lalu anjing-anjing ras legendaris seperti doberman, boxer, rottweiler, dan gembala jerman masuk ke lndonesia, maraknya penggunaan anjing sebagai anjing penjaga semakin terlihat sejak meletusnya kerusuhan akibat krisis multidimensi di Indonesia pada tahun 1997. Sejak kerusuhan tersebut banyak sekali ras anjing pekerja yang berseliweran di tempat-tempat umum. Ada anjing milik pribadi dan ada pula anjing yang sengaja disewa dari tempat penyewaan. Anjing-anjing tersebut umumnya bertugas sebagai anjing penjaga. |
Interaksi anjing dengan manusia sudah dimulai sejak zaman prasejarah. Karenanya, tidak mengherankan jika anjing mendapat julukan the manf? best sahabat terbaik manusia. Pada awalnya, manusia purba yang masih hidup nomaden atau selalu berpindah-pindah, tinggal di gua-gua dan rumah panggung atau pohon. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari gangguan musuh. Musuh manusia purba saat itu adalah binatang buas, cuaca yang ekstrem, dan kelompok manusia purba lainnya. Manusia purba hidup dari berburu dan mengumpulkan makanan (food and gathering). Saat menikmati binatang hasil buruannya, manusia purba sering tidak menghabiskan dan membuangnya di sekitar tempat tinggalnya. Anjing-anjing liar yang kelaparan kemudian mendekati daerah teritorial manusia tersebut dan mengambil sisa-sisa daging dan tulang hasil buruan manusia. Sesuai dengan sifatnya yang cenderung mempertahankan daerah teritorialnya, lama-kelamaan anjing tersebut sering menggonggong dan mengusir kelompok anjing liar lain serta binatang buas yang mendekati tempat tinggal manusia tersebut. Pengusiran ini bukan dimaksudkan menjaga manusia purba, tetapi lebih mempertahankan daerah kekuasaan anjing di daerah sekitar daerah tempat manusia puba tinggal yang berlimpah sisa daging dan tulang. Seiring dengan per jalanan waktu, akhirnya tercipta simbiosis mutualisme antara manusia dan anjing. Anjing memperoleh pakan 1 dari manusia purba d a n m a n u sia purba mendapat penjagaan dari kawanan anjing liar tersebut dari g a n g g u a n musuh. Ketika sekelompok manusia purba tersebut akhirnya pindah dan mencari daerah baru untuk tempat tinggal yang penuh dengan bahan makanan, anjing-anjing liar tersebut juga mengikutinya. Saat mereka berburu, sebagian anjing juga ikut membantu berburu dan sebagian lagi menjaga rumah gua atau daerah sekitar tempat tinggal. Lama kelamaan karena proses alam, fungsi dan tugas anjing-anjing tersebut terpecah. Ada yang menjadi anjing pemburu sekaligus anjing pelacak dan ada yang bertugas sebagai anjig penjaga. Titik awal penjinakan anjing sampai sekarang masih simpang siur. Banyak penelitian yang dilakukan dengan hasil berbeda. Dalam The Journal Science disebut bahwa anjing modern yang saat ini ada berasal dari tiga nenek moyang anjing betina yang disebut dengan "Hawa" para anjing dunia. Charles Vila, pimpinan ilmuwan dari Universitas Uppsala, Swedia, akhimya melacak asal-usul anjing dunia modern ini. Tugas para ilmuwan ini adalah untuk membuktikan bahwa asal-usul anjing adalah dari Timur Tengah. Namun, penemuan mereka menunjukkan bahwa asal-usul anjing berasal dari Asia Timur, dekat Cina. Perkembangan anjing yang mengikuti migrasi manusia inilah yang akhirnya sampai ke dunia baru. Peneliti lain yang dipimpin oleh Pater Savoilainen dari Royal Institute of Technology, Stockholm (Swedia) melakukan uji tes DNA terhadap anjing-anjing dari dunia lama yang diambil dari Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika. Penelitian mereka akhirnya menyimpulkan bahwa sebagian besar atau hampir 95% populasi anjing modem saat ini berasal dari sebuah kelompok gen tunggal serigala abu-abu betina Canis lupus pallipes. Serigala abu-abu yang dijinakkan oleh manusia pada zaman Palaeolitikum yang hidup di Asia Timur pada 15 ribu tahun yang lalu inilah yang akhimya menjadi anjing Canis Familianis. Menurut mereka, anjing dari Asia Timur ini mengikuti migrasi manusia purba ke wilayah dataran Eropa dan dataran lainnya, sehingga menyebar ke seluruh dunia. Penyebaran anjing ini mengikuti gerak perjalanan manusia. Hingga akhirnya timbullah ratusan ras anjing dengan berbagai jenis karakter dan ukuran yang berbeda, seperti anjing gembala jerman, doberman, boxer, collie, dalmatian, greyhound, labrador, spaniel, rottweiler, pit bull, dan ratusan jenis anjing lainnya. Seiring dengan perubahan zaman dan peradaban manusia, fungsi anjing juga ikut berubah. Ada anjing yang tugasnya menggembala ternak, anjing penjaga, anjing pelacak, serta di masyarakat agraris seperti di Indonesia anjing bertugas menjaga ladang dan sawah pertanian. Bahkan, beberapa ras anjing juga dilatih untuk ikut berperang dengan manusia. Penggunaan anjing dalam mendukung perang dan pertahanan ini pernah dilakukan masyarakat Mesir Kuno pada saat Firaun berkuasa. Di samping itu, juga digunakan oleh masyarakat Babilonia, Romawi sampai zaman Attila Sang Penakluk dari suku Hun, serta nenek moyang orang Cina dan Mongolia untuk menjaga dan mengamankan jalur logistik sepanjang jalur perjalanannya dalam menaklukkan wilayah musuh. Alexander Agung, maharaja dari Macedonia bahkan memperkuat prajuritnya dengan dukungan unit anjing penjaga di wilayah taklukannya. Jenderal Prancis, Napoleon Bonaparte, selalu unggul daiam setiap pertempuran juga berkat dukungan dan peran unit pasukan anjing. Dalam penemuan benua baru, Amerika, anjing pun ikut mengambil peranan penting. Saat itu, Cristophorus Colombus, seorang pelaut Italia mendapat dukungan dari Raja Ferdinand dan Ratu lsabella dari Castilia,Spanyol, untuk mencari pulau rempah-rempah. Pada waktu itu masyarakat Eropa menganggap pulau penghasil rempah-rempah adalah India. Dalam perjalanannya, Columbus tersasar dan mendarat di Pantai San Salvador, Kepulauan Bahama, di Laut Karibia pada tanggal 12 Oktober 1492. Pendaratan di dunia baru tersebut kemudian diikuti oleh prajurit Spanyol dengan dukungan pasukan unit anjing yang bertugas menaklukkan bangsa Indian di wilayah Meksiko dan Peru. Dalam peperangan modern anjing juga tetap digunakan. Pada Perang Dunia I (1914-1918), tentara jerman menggunakan kemampuan anjing untuk keperluan perang diwilayah Lechermick di dekat Berlin. Tentara Jerman tersebut meggunakan anjing gembala jerman dan doberman sebagai anjing penjaga pasukan dan instalasi atau proyek militer strategis untuk mencegah musuh melakukan penyusupan. Pada tahun 1989, ketika perang dingin berakhir dengan diruntuhkannya tembok Berlin, sekitar 2.700 ekor prajurit anjing rorlweiler dan herder ditarik ke Markas Besar Kepolisian Jerman Timur. Perkembangan pesat anjing penjaga dimulai pada Perang Dunia II. Saat itu, tentara Amerika Serikat mendirikan K9 Corps untuk mendukung pertempuran dan pertahanan, serta menjaga instalasi strategis di medan perang. Peranan K9 US ARMY ini semakin tampak saat terjadi Perang Korea, Vietnam, Afghanistan, dan Perang Teluk di Timur Tengah. Fungsi anjing dalam perang ini lebih dititikberatkan sebagai anjing penjaga untuk melindungi pasukan, peralatan perang, peluru kendali, gudang amunisi, persenjataan berat, dan sebagai pendeteksi ranjau di medan perang. Nama kemudian dipakai oleh semua satuan atau brigade polisi pasukan anjing di seluruh dunia. Di Indonesia, anjing penjaga digunakan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sejak tahun 1959. Awalnya, Ny. Roll Moll, seorang berkewarganegaraan jerman yang tinggal di Malang (jawa Timur), melatih beberapa orang sipil untuk menjadi pelatih anjing pekerja. Anjing yang dilatih adalah bovier dan gembala jerman. Anjing pekerja tersebut bertugas sebagai anjing pelacak, penjaga, dan penyerang. Orang-orang didikan Ny. Roll Moll tersebut kemudian direkrut oleh Polri dan menjadi embrio Polisi Pasukan Anjing. Untuk kepentingan dinas, kemudian didirikanlah Depo Pendidikan di Kelapadua; jakarta Timur, yang bertugas menyiapkan anjing untuk tugas kepolisian. Personil polisi dari Depo Kelapadua banyak yang dikirim ke luar negeri, seperti ke Jerman, Inggris, Selandia Baru, Belanda, dan Amerika Serikat untuk belajar tentang pelatihan anjing kerja (penjaga). Setelah kembali ke Tanah Air, mereka mengembangkan pelatihan anjing guna membantu lugas-tugas kepolisian di berbagai wilayah kepolisian daerah (polda) yang rawan keamanannya. Berdasarkan perintah Kepala Jawatan Kepolisian Negara No. Pol. 128/ VII/ 1959 tanggal 4 Iuli 1959 di Seksi Kejahatan Dinas Reserse Kriminal dibentuk Subseksi Brigade Anjing Dinas Kepolisian (BADK/DRK) di Kelapadua dengan tugas merencanakan dan memelihara sebuah depot pelatihan dan pemeliharaan anjing untuk keperluan kepolisian. Personil dari Kelapadua kemudian banyak belajar tentang pelatihan anjing ke luar negeri seperti Jerman, Belanda, Inggris, Selandia Baru, dan Amerika Serikat. Pada perkembangannya, anjing di kepolisian memiliki tugas yang beragam, seperti anjing SAR (search and rescue), anjing pelacak umum, anjing penjaga, anjing pendeteksi narkotika dan bahan peledak, bahkan anjing pendeteksi penyebab kebakaran. Tampaknya, anjing tidak hanya dimanfaatkan oleh institusi kepolisian. Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara (TNI-AU) pada tahun 1965 sempat mengirimkan beberapa prajuritnya untuk mengikuti pelatihan anjing penjaga untuk patroli dan menjaga keamanan pangkalan udara di seluruh Indonesia. Para prajurit TNI AU tersebut belajar tentang pelatihan anjing dengan mendalami pengetahuan khusus dari Brigade Anjing Dinas Kepolisian di Kelapadua. Di masyarakat umum, tugas anjing penjaga biasanya hanya sebagai penjaga rumah atau sebagai hiasan yang "berbahaya" Hal ini sering ditunjukkan dengan banyaknya tulisan "awas anjing galak" di beberapa rumah mewah. Padahal, jika dilatih secara benar "anjing galak" tersebut bisa difungsikan sebagai penjaga yang kualitas penjagaannya bisa melebihi manusia. Hal ini bisa terjadi karena kualitas sistem pendengaran, penciuman, dan penglihatan anjing lebih tinggi daripada manusia. Pada anjing, di antara indra tersebut yang paling unggul adalah indra penciuman. Meskipun sudah puluhan tahun lalu anjing-anjing ras legendaris seperti doberman, boxer, rottweiler, dan gembala jerman masuk ke lndonesia, maraknya penggunaan anjing sebagai anjing penjaga semakin terlihat sejak meletusnya kerusuhan akibat krisis multidimensi di Indonesia pada tahun 1997. Sejak kerusuhan tersebut banyak sekali ras anjing pekerja yang berseliweran di tempat-tempat umum. Ada anjing milik pribadi dan ada pula anjing yang sengaja disewa dari tempat penyewaan. Anjing-anjing tersebut umumnya bertugas sebagai anjing penjaga. |
Sejarah Pemanfaatan Anjing Oleh Manusia
« Prev Post
Next Post »
Berikan Komentar Anda