KH. Jalaludin Rakhmat Umat Islam sekarang dihadapkan pada sebuah tantang besar: provokasi dengan tujuan memecah umat. Sebab itu, harus ada kesamaan sikap antara sesama umat agar cita-cita Islam tercapai. Demikian dinyatakan cendekiawan muslim Jalaluddin Rachmat dalam sebuah pengajian Al-Itrah di Kelurahan Kidul Dalem, Bangil, Kamis malam kemarin. "Kalau ada kelompok Islam yang menjelek-jelekan orang lain, ini pasti ulah provokasi," kata lelaki yang akrab disapa Kang Jalal ini. Karena itu, Kang Jalal pun mengimbau kepada umat Islam agar tidak terpancing provokasi itu. Menurut Kang Jalal, Irak, Afganistan dan Lebanon cukup menjadi contoh dari korban provokasi itu. Dan, Amerika adalah provokator yang ada di balik konflik berkepanjangan itu. "Sebelum Amerika masuk, negeri itu aman-aman saja," kata Kang Jalal yang baru saja menjadi duta Pemerintah RI untuk turut memberikan kontribusi atas konflik Iraq bersama Alwi Shihab dan tokoh agama yang lain. Begitu pula yang terjadi di negeri ini, "Kita dilacak, ujung-ujung provokatornya luar negeri," katanya. Sebagai agama Rahmatan lil Alamin, Islam selalu dituntut untuk mampu mengikuti perkembangan zaman. Karena itu, syarat yang harus dipenuhi adalah menjaga ukhuwah islamiyah diantara sesama umat Islam. "Jangan ada saling tuding antara sesama," harap Kang Jalal yang beberapa jam sebelumnya mengisi sebuah diskusi di IAIN Surabaya bersama Ali Maschan Moesa. Ia pun menyayangkan maraknya gerakan anti Syiah yang beberapa waktu lalu sempat mencuat. Menurutnya, sudah bukan saatnya bagi umat Islam terjebak dalam pertentangan faham. Apalagi, terhadap hal baginya sudah klise. "Banyak hal yang lebih penting untuk dilakukan, seperti, membangun peradaban manusia yang lebih damai," kata Kang Jalal dalam ceramah yang berlangsung sekitar satu setengah jam itu. Dalam pandangan Kang Jalal, saat ini, umat Islam masih tertinggal jauh dibanding umat-umat lain, terutama Yahudi. Memang, secara kuantitas, umat Islam lebih banyak dari kaum Yahudi. Yakni, satu dibanding seratus. "Tapi, banyak orang Yahudi yang lebih mengusai disiplin keilmuan," ujarnya. Ironisnya, kerapkali, orang Yahudi justru menjadi "kambing hitam" atas keterpurukan umat Islam. Padahal, umat Islam yang menurutnya terlalu meromantisir sejarah dengan membuka kembali memori kejayaan umat Islam masa lampau. Cendekiawan yang juga dikenal dengan gagasan pendidikan Islamnya ini juga memaparkan, banyak tokoh Yahudi yang berjiwa sosial. Salah satunya adalah George Soros. Bahkan, salah satu orang terkaya di dunia ini memdermakan 60 persen penghasilannya tiap tahun. "Kita paling banter hanya 20 persen," kata Kang Jalal. "Untuk menyainginya, saya dermakan 95 persen dari total penghasilan perbulan yang sebesar Rp 150 juta," guyon Kang Jalal. Menurutnya, tidak semua orang Yahudi itu bagian dari Zionis internasional. Sebab, banyak ditemui orang-orang Yahudi yang berjuang untuk kepentingan sosial. "Di antara mereka ada sekelompok orang yang terus menerus tegak diantara kebenaran," ungkapnya. Bagi Kang Jalal, tidaklah tepat jika keterpurukan umat Islam saat ini dilimpahkan kepada orang-orang Yahudi itu. Sebab, dalam pandangannya, umat Islam lebih banyak disibukkan dengan pertentangan antar sesamanya. "Kita lebih banyak dihancurkan oleh sesama muslim. Kita lebih sering bertikai dengan golongan sendiri, sesama muslim," katanya. Kondisi inilah yang menjadi penyebab sulitnya umat Islam bersaing, baik dalam bidang sains, ekonomi, atau yang lainnya. Karena itu, sudah saatnya untuk berintrospeksi. "Sekiranya orang lain bisa menguasai ekonomi, kenapa kita tidak," ujarnya kepada para jamaah pengajian itu. Karena itu, Kang Jalal pun berharap tidak ada lagi saling tuding, saling memojokkan antara golongan Islam. "Please, jangan ada saling tuding yang akhirnya tidak bisa dipertemukan," harapnya. (aad) (source from : jalal-center.com) |
Berikan Komentar Anda