Jangan terlalu sibuk mengurus dunia hingga lupa bahwa hidup punya batas waktu. Hidup harus seimbang, menabunglah sekarang demi akhiratmu.
Home » » Islamophobia Ala Amerika

Islamophobia Ala Amerika


Gelombang Islamophobia semakin tampak di Amerika Serikat seiring rencana pembangunan sebuah masjid dan Islamic Center di dekat reruntuhan gedung kembar, WTC New York. Padahal Walikota New York, Michael Bloomberg dan pejabat teras kota itu mendukung rencana pembangunan Islamic Center tersebut. Rencana pembangunan masjid dan pusat budaya Islam itu ditentang keras oleh para politikus konservatif dan sejumlah warga AS. Mereka keberatan soal lokasinya, yang hanya berjarak dua blok dari lokasi runtuhnya gedung World Trade Center (WTC) akibat serangan teroris 11 September 2001 tersebut. Menurut mereka, hal ini akan melukai perasaan keluarga ribuan korban yang tewas dalam serangan teroris itu.

Mantan Gubernur Alaska yang pernah maju dalam pencalonan wakil presiden Amerika Serikat, Sarah Palin, menyatakan penolakannya atas rencana pembangunan masjid Ground Zero. Menurut Palin, tindakan itu akan mencabik-cabik hati orang-orang yang kerabatnya tewas dalam serangan 11 September 2001. Ditambahkannya, "Untuk membangun sebuah masjid di Ground Zero adalah menusuk jantung terhadap keluarga korban tak bersalah dari serangan mengerikan beberapa tahun silam."

Penolakan terhadap pembangunan masjid itu tak hanya datang dari Partai Republik yang kini menjadi oposisi, penentangan juga disuarakan partai mayoritas, Demokrat. Anggota Senat dari Partai Demokrat, Harry Reid menentang pembangunan masjid yang terletak dua blok dari Ground Zero tersebut. Harry Reid meminta Islamic Center umat Islam di bangun di tempat lain dan jauh dari reruntuhan WTC.

Presiden AS Barack Obama ternyata membela rencana kontroversial tersebut. Obama pun mengakui ada persoalan "kepekaan" atau kesensitifan masyarakat muslim mengelilingi lokasi 11 September itu, tetapi ia pun mengatakan bahwa umat Muslim memiliki hak yang sama untuk mempraktikkan agama mereka sebagaimana pemeluk keyakinan lain yang juga ingin diperhatikan haknya. "Komitmen kami untuk kebebasan beragama harus tak tergoyahkan," kata Obama. Obama pun berharap agar rakyat setempat dapat lebih menghargai hak beribadah satu sama lain. ''Termasuk hak untuk membangun tempat ibadah dan pusat kegiatan masyarakat milik pribadi di Manhattan rendah, sesuai dengan hukum setempat," ujarnya.

Pernyataan Obama itu menuai reaksi keras dari berbagai kalangan. Kubu Republik dan penentang Obama di Partai Demokrat bangkit menyerang sikap Obama. Propaganda Islamophobia di AS semakin memuncak sampai-sampai media setempat mempertanyakan agama Obama. Propaganda ini memaksa Gedung Putih mengeluarkan pernyataan yang menolak rumors itu dan menegaskan Obama sebagai penganut agama Kristen.

Sekilas tampak bahwa umat Islam di AS memiliki kedudukan yang sama dengan pengikut agama dan keyakinan lain di negara itu. Mereka sama-sama punya hak untuk beribadah dan membangun pusat agama. Populasi umat Islam AS diperkirakan sekitar sembilan juta jiwa dan 600 ribu dari mereka tinggal di kota New York. Perubahan pertama undang-undang dasar AS yang disahkan 220 tahun lalu, mengakui kebebasan beragama. Begitu juga dalam sistem Kapitalisme AS, milik pribadi dilindungi oleh hukum. Oleh karena itu, umat Islam punya hak untuk membeli lahan bagi pembangunan masjid dan mendirikannya dengan modal sendiri.

Walikota New York, Michael Bloomberg menyetujui pembangunan masjid Ground Zero, namun penentangan rencana itu terus berlanjut. Motivasi penolakan Harry Reid atas rencana itu kembali pada penyelenggaraan pemilu sela November 2010. Posisi pemimpin mayoritas Demokrat di Senat dalam pertarungan pemilu sela masih goyah. Dan tragis jika pejabat tinggi Partai Demokrat ini tidak mampu mempertahankan kursinya di Kongres berikutnya. Oleh sebab itu, Harry Reid mulai memasang strategi dan menentang pandangan Gedung Putih dan Obama soal pembangunan masjid tersebut. Langkah ini bertujuan mempertahankan kemenangannya dalam pemilu mendatang.

Kubu Konservatif AS yang terdiri dari anggota Partai Republik dan Tea Party Movement secara ideologis menentang pembangunan pusat umat Islam. Gerakan ini terpengaruh oleh upaya anasir-anasir Zionis, Kristen fundamentalis dan kelompok rasis. Mereka secara prinsip tidak mengakui hak kegiatan politik dan sosial umat Islam.

Gerakan Islamophobia di AS kerap mengangkat peristiwa 11 September 2001 untuk menjustifikasi tindakan ilegal, diskriminatif dan rasisnya. Dalam logika mereka, karena 19 anggota Al Qaeda telah menyerang pusat ekonomi dan militer AS, maka ratusan ribu Muslim negara itu tidak punya hak untuk membangun sebuah pusat Islam di Manhattan. Padahal Muslim AS bersama 1,5 miliar umat Islam di seluruh dunia mengecam keras peristiwa 11 September. Selain itu, Al Qaeda bukan wakil dunia Islam dan tidak berhak menghukum satu orang Islam pun karena kesalahan organisasi teroris itu. Sebagaimana umat Islam tidak menganggap Zionis yang menduduki tanah Palestina sebagai wakil agama Yahudi dan kejahatan sejumlah pemimpin Barat juga tidak boleh disandarkan kepada agama Kristen.

Penentangan terhadap pembangunan Islamic Center itu menunjukkan bahwa sentimen anti Islam yang muncul pasca peristiwa 11 September masih berlanjut hingga sekarang. Kini ekstrimis AS berupaya menyebarluaskan sentimen anti Islam di tengah rakyat negara adidaya itu. Mereka memanfaatkan masalah tersebut sebagai senjata untuk mendulang suara pada pemilu sela Kongres November mendatang. Republikan ekstrim berupaya meningkatkan perolehan suara dengan mengkritik pembangunan masjid Ground Zero dan menebarkan Islamophobia.

Dalam pertarungan pemilu presiden pada 2008 lalu, Barack Obama mengusung tema perubahan dalam kebijakan luar negeri AS khususnya hubungan Washington dengan negara-negara Islam. Kebijakan konfrontatif dan unilateralisme George W. Bush memunculkan gelombang kebencian terhadap AS tidak hanya di negara-negara Islam, tapi bahkan di Eropa.

Kebencian itu memaksa Obama untuk membentuk sebuah seksi di Kementerian Luar Negeri AS guna memperbaiki citra negara itu di tengah opini publik dunia. Barack Obama tampil di Gedung Putih lewat slogan perubahan. Obama dengan mengunjungi beberapa negara Islam, berupaya menampilkan wajah baru AS. Sekilas Obama ingin membangun hubungan dengan dunia Islam berdasarkan penghormatan terhadap keyakinan umat Islam dan mengesampingkan kebijakan Islamophobia Bush.

Namun slogan perubahan Obama hanya sebatas retorika dan dalam prakteknya, Obama belum mampu memperbaiki wajah AS yang kadung dibenci oleh masyarakat Muslim. Secercah harapan yang muncul di sebagian umat Islam terhadap Obama juga sirna ditelan masa. Jajak pendapat terbaru menunjukkan kebencian umat Islam terhadap kebijakan Islamophobia AS. Dalam kebijakan luar negeri AS, Obama tidak mampu memperbaiki citra AS di tengah umat Islam. Di dalam negeri, ia terpaksa tunduk terhadap gerakan Islamophobia yang digulirkan oleh kubu Konservatif.

Provokasi dan pelecehan masyarakat Barat terhadap umat Islam tak jua berhenti. The Council on American-Islamic Relations (CAIR) mengungkap rencana gereja-geraja di Florida membakar Alquran dalam sebuah acara yang diberi tajuk: International Burn A Koran Day'. Acara yang diprakarsai World Dove Outreact Center ini nantinya mengagendakan pembagian al-Quran kepada setiap jamaah gereja, masyarakat umum, penegak hukum, dan pers. Setelah dibagikan, al-Quran tersebut bakal dibakar pada momen peringatan tragedi 11 September.

Perwakilan organisasi tersebut mengatakan akan membakar al-Quran di luar gereja pada tanggal 11 September. Mereka juga meminta dukungan masyarakat AS untuk memasyarakatkan ide pembakaran al-Quran tersebut. Otak di balik ide tersebut, Pastor Terry D Jones mengatakan, tujuan aksi itu dan kegiatan serupa untuk memberi kesempatan kepada umat Islam agar mereka meninggalkan agamanya. Terry Jones, mengatakan, ''Islam adalah agama kekerasan dan menindas yang mencoba menyamar diri sebagai agama damai serta berusaha untuk menipu masyarakat kita.'' Jones juga menyindir Islam sebagai agama yang didasarkan pada kebohongan dan penipuan serta rasa takut.

Jones juga mendukung kebijakan George W. Bush dan invasi ke Afghanistan dan Irak. Jones adalah juru dakwah Perang Salib Modern yang aktif menyebarkan Islamophobia. Ide gilanya itu membangkitkan kemarahan dan kecaman keras dari berbagai kalangan baik di AS sendiri maupun dunia.

SUMBER :http://indonesian.irib.ir

Previous
« Prev Post

Berikan Komentar Anda

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.