Jangan terlalu sibuk mengurus dunia hingga lupa bahwa hidup punya batas waktu. Hidup harus seimbang, menabunglah sekarang demi akhiratmu.

Stategi Amerika Untuk Mencegah Umat Islam bangkit

Masalah pertama yang harus kita pahami bawa agresi ke Irak dan Afghanistan merupakan bagian dari pencegahan kebangkitan Islam. Disini Amerika serikat dengan sangat pintar menekankan dan meredam umat islam untuk bangkit yaitu dengan cara menekan pihak pemerintah untuk lebih mempersempit ruang gerak organisasi islami negara negara yang bersangkutan, disini AS menyiapkan strategi baru untuk melawan umat Islam khususnya Iran dengan cara menghadang agar Revolusi yang pernah terjadi di Iran tidak di ikuti oleh Negara muslim lainnya agar tidak meluas, Strategi pertama yang dilakukan Amerika adalah mereka terus menerus melobi dan mnekankan Negara arab yang dekat dengan mereka dan mengatakan bahwa negara Iran Negara yang telah menampilkan kegagalan sistem pemerintahan Islam.

Dalam kenyataannya Amerika sekarang ini tidak mampu membendung umat Islam untuk bangkit, bahkan AS sekarang merasa bahwa kepentingannya yang ada di timur tengah semakin terancam bahaya, salah satu contohnya adalah para pejuang Mujahidin yang ada di Lebanon yaitu Hizbollah yang telah berhasil mengalahkan Zionis Israel dan Mengusir mereka para Zionis itu dari Lebanon, disini Amerika Serikat menghawatirkan akan meluasnya kebangkitan para pejuang di Lebanon ke Negara-Negara lain bahkan keseluruh dunia, Oleh karena itu, AS memilih strategi untuk memperlemah peran organisasi Islam di Lebanon dan lebih menitik-beratkan pada peran pemerintah.

Namun peluang keberhasilan tersebut sangatlah kecil karena Hibollah telah mendapat dukungan penuh dari para masyarakat dan bahkan mereka telah mendapat tempat di hati para penduduk disana. Tidak hanya itu, Hezbollah juga mendapat dukungan spriritual dan finansial dari warga Lebanon dan terus melangkah maju dalam merealisasikan tujuan-tujuan islaminya.

AS sendiri juga telah memperluas jangkauan konfrontasinya dengan dunia Islam dengan menggulirkan prakarsa Timur Tengah Raya dan jargon pemberantasan terorisme. Apalagi AS berniat menindaklajuti politiknya itu secara lebih ekstrim dan agresif. Perlu diingat bahwa agresi ke Irak dan Afghanistan merupakan bagian dari pencegahan kebangkitan Islam.

Dalam menghadapi masalah dan fenomena tersebut, ada beberapa hal yang harus dilakukan pemerintah negara-negara Islam. Pertama adalah pemerintah dapat bertindak sebagai pengarah kebangkitan dan perkembangan pemikiran islami, pemerintah harus berani melawan penekanan-penekanan yang dilakukan AS dan tidak tunduk dan menjadi bonekanya, pemerintah juga harus cerdik dan tidak boleh lengah dalam mengantisipasi setiap penyimpangan yang terjadi guna menjaga persatuan umat, pemerintah juga harus menyusun suatu program jangka panjang khususnya di bidang budaya dalam rangka membendung propaganda asing. kedua adalah dukungan spiritual dan finansial pemerintah terhadap gerakan-gerakan islami agar aktivitas mereka dapat lebih ditingkatkan dalam menghadapi politik konfrontatif asing. Ketiga, pemerintah harus mampu memberikan penjelasan dan definisi yang sangat tepat terkait terorisme agar tidak dapat diselewengkan untuk menumpas gerakan-gerakan islami. Jika hal ini dapat terwujud, penyelarasan kebijakan antarnegara Islam akan dengan sangat mudah tercapai dan insyaAllah kita tidak mudah tertipu oleh mereka yang ingin menghancurkan kita khususnya Negara-negara islam.

Pengertian Tasawwuf

A. Pengertian Tasawuf

Tasawuf sebagai salah satu tipe mistisisme, dalam bahasa inggris disebut sufisme. Kata tasawuf mulai diperbicarakan sebagai satu istilah sekitar akhir abad dua hijriah yang dikaitkan dengan salah satu pakean kasar yang disebut shuff atau wool kasar. Kain sejenis itu sangat digemari oleh para zahid sehingga menjadi symbol kesederhanaan pada masa itu. Ada pula pendapat yang mengatakan, bahwa kata tasawuf berasal dari bahasa Yunani, yakni sophos yang berarti hikmah atau keutamaan. Menurut pendapat ini, para sufi itu adalah pencari hikmah atau ilmu kakikat. Pendapat lain memperkirakan kata sufi berasal dari Shafa atau shafwun yang berarti bening, sementara lainnya mengatakan kata sufi berasal dari shaff atau barisan, karma para sufi selalu berada pada barisan terdepan dalam mencari keridoan ilahi.

Dalam setiap fase dan dalam setiap kawasan kultur, kemunculan tasawuf terlihat hanya sebagian dari unsure-unsurnya saja sehingga penampilannya tidak utuh dalam satu ruang dan waktu yang sama. Dari unsure-unsur yang berserak itulah kemudian disistematisir satu disiplin ilmu yang disebut tasawuf. Satu disiplin ilmu yang mengacu pada kehidupan moralitas yang bersumber dari nilai-nilai Islam.
Betapapun sulitnya merumuskan definisi tasawuf, namun upaya kearah itu sudah banyak dilakukan oleh para ahli. Diantara upaya itu, nampaknya apa yang dicoba oleh Ibrahim Basuni adalah yang lebih tepat.

Masih ada jalan lain untuk bias memahami apa itu tsawuf, yaitu melalui pemahaman terhadap karakteristik tasawuf dan mistisisme pada umumnya. Berdasarkan kajian terhadap tasawuf dari berbagai alirannya, ternyata tasawuf memiliki lima cirri khas atau karakteristik; pertama, bahwa tasawuf dari semua alirannya memiliki obsesi kebahagiaan dan kedamaian spiritual yang abadi. Rasa kebebasan diri adalah inti dari kedamaian dan kebahagiaan jiwa. Kedua, terlihat tasawuf itu semacam pengetahuan langsung yang diperoleh melalui tanggapan intuisi. Ketiga, bahwa pada setiap perjalanan sufi berangkat dari dan untuk peningkatan kualitas moral yakni pemurnian jiwa melalui serial latihan yang keras dan berkalanjutan. Keempat, peleburan diri pada kehendak Tuhan melalui fana, baik dalam pengartian simbolis aributis atau pengertian substansial. Artinya, peleburan diri dengan sifat-sifat Tuhan dan atau penyatuan diri dengan-Nya dalam realitas yang tunggal. Kelima, adalah penggunaan kata simbolis dalam pengungkapan pengalaman. Setiap ucapan atau kata yang dipergunakan selalu memuat makna ganda, tetapi yang ia maksudkan biasanya adalah makna apa yang ia rasa dan alam bukan arti harfiahnya, disebut sithohat.

Asal-usul Tasawuf

Asal-usul katanya memiliki beberapa pengertian berbeda dari beberapa ahli shufi:
• Ada yang berpendapat bahwa asal kata tasawuf berasal dari kata “shaff” yaitu barisan diketika shallat karma sufi mempunyai iman yang kuat dan jiwa yang bersih.
• Ada juga yang mangatakan bahwa asal kata tasawuf adalah shaufana, yaitu sebangsa buah kecil yang berbulu dan banyak tumbuh dipadang pasir arabiah.
• Pendapat yang mengatakan bahwa asal katanya ialah shafa yang artinya bersih dan suci, karna sufi bartujuan dalam hidupnya membersihkan batin. Ada shafwah yang artinya pilihan terbaik. Shifah yang artinya sifat dan yang lainnya.

Sumber-sumber Tasawuf

Sumber ilmu tasawwuf adalah Quran dan hadits Nabi saw. Oleh itu ilmu tasawwuf yang mana amalannya bersumber dari kedua kitab ini adalah benar belaka dan begitu juga amalan tasawwuf yg tidak ada bertentangan dengan kedua kitab tersebut juga adalah benar dan baik untuk diamalkan.

Akal dalam Pandangan Agama


Antara agama dan akal terdapat hubungan dua arah dimana hubungan ini berada dalam bentuk yang sedemikian eratnya sehingga mustahil membayangkan adanya pemisahan di antara keduanya. Makna hubungannya bisa dijabarkan dalam bentuk yang lain. Akal yang karena dipandang sebagai sebuah alat makrifat dan pengetahuan serta sekaligus berhubungan secara langsung dengan dimensi-dimensi teoritis dan ilmiah, maka sangat urgen untuk dibahas dan dipaparkan. Akal, meskipun memiliki begitu banyak istilah-istilah khusus, secara umum dapat dibagi dalam dua realitas:

A. Akal teoritis
Akal ini, menurut sebuah istilah, hanya terkhusus untuk menganalisa dan mengkaji persoalan-persoalan yang bersifat teoritis, serta wilayah penilaian dan keputusan akal ini senantiasa berada pada aspek-aspek "ada" (keberadaan) atau "tiada" (ketiadaan). Dalam wilayah akal ini terdapat tiga tingkatan dan tahapan yang membentuk sebuah pemikiran teoritis pada seseorang, yaitu tahapan imajinasi, khayal, dan indera lahiriah. Hasil-hasil yang diperoleh dari akal ini adalah suatu kebenaran yang berkaitan dengan perkara-perkara eksistensial atau masalah-masalah kewujudan. Hal-hal yang dibahas di dalamnya misalnya, pembuktian tentang wujud Tuhan, penegasan keberadaan Nabi, urgensi eksistensi alam akhirat, dan yang semacamnya.

B. Akal praktis
Akal ini, menurut istilahnya, hanya menganalisa persoalan-persoalan praktis, dan wilayah penilaian serta keputusannya berada pada dimensi-dimensi "keharusan" (kemestian dan kewajiban) dan "larangan" (ketidakbolehan). Hasil-hasil yang dicapai dari akal ini adalah suatu kebenaran yang bersifat relatif atau hal-hal yang tidak terkait langsung dengan masalah-masalah eksistensial. Ranah dan domain pembahasannya misalnya berkaitan dengan hak-hak manusia seperti hak kebebasan, hak kepemilikan, hak tinggal, dan hak-hak lainnya. Potensi-potensi yang berada di bawah akal praktis ini antara lain adalah syahwat dan emosi, dan melalui kedua potensi inilah akan terbentuk berbagai tahapan-tahapan berbeda dari kehendak, iradah, dan keinginan.

Mungkin saja akal manusia akan berhenti dan terbatas pada tahapan-tahapan tertentu di atas, seperti dalam akal teoritis misalnya, terdapat kemungkinan bahwa pemikiran teoritis seseorang akan terbatas hanya pada tahapan imajinasi atau berhenti pada tahapan indera lahiriahnya saja. Dan bisa jadi pula, seseorang untuk membangun niat dan motivasi perilaku dirinya akan memanfatkan akal yang telah terwarnai oleh syahwat dan emosi. Pada tiap-tiap bentuk ini, meskipun adalah benar menyebutnya sebagai suatu bentuk tafakkur, berkontemplasi, dan berpikir, akan tetapi, pada hakikatnya akal baru bisa dikatakan mencapai suatu tahapan akal yang sempurna dan hakiki ketika akal teoritis tersebut telah mencapai pengetahuan yang universal dengan petunjuk, panduan, dan arahan imajinasi, khayal, dan indera lahiriah, atau akal praktis tersebut telah mampu melepaskan diri dari cengkeraman syahwat dan pengaruh emosi secara total dalam mengkontruksi dan mengatur motivasi-motivasi dan niat-niatnya.

Di sinilah sehingga para pemilik akal atau pemikir mampu menentukan langkah-langkah mendasar dan fundamental untuk mencapai tahapan akal murni dan meraih akal sempurna dengan cara menggunakannya secara maksimal pada aspek-aspek positif dalam kehidupan di alam ini dan melakukan proses penyelamatan dirinya dari segala bentuk penyimpangan, kesalahan, dan kekeliruan.

Perlu dikatakan bahwa pengetahuan dan makrifat teoritis adalah berbeda dengan akal teoritis, demikian juga, pengetahuan praktis adalah berbeda dengan akal praktis. Yang benar adalah bahwa akal teoritis bertanggung jawab atas segala pemikiran, baik hal tersebut bersifat pengetahuan teoritis ataupun pengetahuan praktis, sedangkan akal praktis bertanggungjawab atas segala bentuk motivasi, baik motivasi tersebut berhubungan erat dengan aspek-aspek keimanan dan hakikat-hakikat kebenaran ataupun berkaitan dengan pelaksanaan dan pengamalan hak-hak manusia yang bersifat relatif.

Korelasi Agama dan Akal
Antara agama dan akal terdapat hubungan dua arah dimana hubungan ini berada dalam bentuk yang sedemikian eratnya sehingga mustahil membayangkan adanya pemisahan di antara keduanya. Makna hubungannya bisa dijabarkan dalam bentuk yang lain.

Agama dari satu sisi telah menjelaskan urgensi akal dalam dua dimensi teoritis dan praktis, misalnya dalam salah satu ayat-Nya Allah Swt berfirman, "Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah senantiasa turun di antara keduanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu." (QS. ath-Thalaq: 12)

Berdasarkan ayat ini, tujuan penciptaan seluruh langit adalah keberilmuan seluruh manusia, dan karena akal teoritis memegang tanggungjawab dalam pemikiran dan tafakkur, maka menjadi jelaslah bahwa hasil-hasil pemikiran yang berangkat dari penciptaan keseluruhan langit dan alam, sangat bergantung pada akal teoritis ini, dan manusia ketika meraih tujuan hakiki penciptaan alam, maka niscaya dia telah berhasil memanfaatkan dan menggunakan secara maksimal potensi akalnya dan juga dengan perantaraan akal teoritis inilah manusia akan mampu menyingkap berbagai hakikat-hakikat alam dan menambah luas pengetahuan-pengetahuan teoritisnya.

Demikian juga, dalam salah satu ayat-Nya, Allah Swt menjelaskan tentang urgensi akal praktis sebagai berikut, "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. adh-Dhariyat). Allah Swt dalam ayat ini menganggap bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia adalah ibadah dan penghambaan. Dari satu sisi, ibadah dan penghambaan berada dalam cakupan motivasi-motivasi yang benar dan hal ini tidak akan terwujud tanpa memanfaatkan akal praktis, dengan artian bahwa jika manusia tidak mampu menciptakan motivasi-motivasi yang benar dan bernilai dalam dirinya dan ia tidak mampu menentukan tujuan mulia untuk segala perbuatannya sendiri di alam materi, maka makna yang benar dan tepat dari aspek penghambaan dan ubudiyahnya ini tidak akan pernah dia temukan.

Dari sini, bisa dikatakan bahwa kesadaran tentang kebertujuan penciptaan alam dan makhluk tersebut juga merupakan hasil dari akal praktis. Dan tanpa adanya akal praktis ini, manusia tidak akan memiliki kemampuan untuk menciptakan motivasi-motivasi yang tepat, ibadah-ibadah yang lurus, dan penghambaan yang benar, dengan demikian tanpa adanya akal praktis, manusia akan terhalang dalam pencapaian tujuan hakiki penciptaannya.

Tentunya tidak tepat jika kita berkesimpulan bahwa apabila akal teoritis dan akal praktis adalah tujuan penciptaan itu sendiri, karena hal ini akan memunculkan adanya pertentangan dan kontradiksi, dengan demikian penyimpulan ini tidaklah benar karena tiap-tiap dari dua jenis akal ini dalam batasannya masing-masing memiliki peran yang riil dan hakiki, dan dua realitas yang sama-sama hakiki tidak akan pernah saling bertolak belakang dan saling menafikan satu sama lain.
Dari sisi lainnya, agama di samping menyebutkan tentang nilai penting akal, juga mengajarkan tentang arah dan alur berpikir yang benar serta metodologi yang benar dalam memilih motivasi-motivasi, berarti dengan demikian, agama tidak akan meninggalkan dan melepaskan akal secara sendirian, melainkan dia akan membimbing akal untuk memperoleh hakikat-hakikat dan pengetahuan-pengetetahuan dengan menjelaskan berbagai metode dan cara-cara yang benar.
Setelah memperhatikan sebuah sisi dari suatu pemikiran, memberikan perhatian pada arah lainnya pun merupakan suatu hal yang sangat penting dan berharga. Pada sisi ini, nilai-nilai akal dan pemikiran tersebut telah dikenali melalui argumen-argumen yang kokoh dari sudut pandang agama. Penegasan nilaia-nilai ini akan terbukti dengan memperhatikan empat hal berikut ini:

1. Tolok ukur dan ruang lingkup syariat adalah hukum Tuhan;
2. Satu-satunya sumber hukum Tuhan adalah kehendak Tuhan;
3. Dalil-dalil syar'i hanyalah penyingkap dari kehendak Tuhan;
4. Dalil-dalil syar'i terbagi dalam dua kelompok yaitu aqli (rasio dan akal) dan naqli (teks-teks keagamaan), dan yang dimaksud dengan dalil naqli (tekstual) adalah kitab suci atau sunnah Nabi dan sunnah para Imam Ahlulbait Nabi.

Konklusi yang bisa diambil dari keempat poin di atas adalah bahwa akal -sebagaimana halnya teks-teks keagamaan seperti kitab suci dan hadis-hadis (baik yang diriwayatkan secara tunggal maupun mutawatir), ijma' para ulama, dan yang sejenisnya- juga memiliki keistimewaan dan berperan sebagai hujjah, dalil, penjelas, dan penyingkap dari kehendak dan hukum Tuhan. Oleh karena itu, akal murni juga merupakan hujjah Tuhan dan sepadan dengan teks-teks agama yang otentik. Dengan demikian, akal sama sekali tidak memiliki perbedaan sedikitpun dengan dalil-dalil syar'i lainnya (baca: teks-teks suci agama). Demikian juga menjadi jelaslah bahwa akal tidaklah bertolak belakang dan bertentangan dengan agama serta tidak terpisah dari agama itu sendiri. Bahkan inti, pesan, dan kandungan ajaran agama itu sendiri adalah dibentuk oleh nilai-nilai aqli (rasional dan akal) dan naqli (teks-teks agama). Jadi yang terkadang bertentangan dan bertolak belakang secara lahiriah adalah akal dan teks-teks suci agama, bukan akal dan agama.

Sekarang apabila kita dengan seksama meneliti hubungan akal dan agama serta ketidakterpisahan zona-zona riil mereka, maka sangat jelaslah bagi kita akan ketidakbenaran konsep dan gagasan Sekuarisme yang memisahkan antara zona-zona akal dan agama, dan tidak bisa lagi dikatakan bahwa agama itu hanya berhubungan dengan Tuhan sebagai penentu hukum-hukum agama (syariat) dan akal tidak ada kaitannya dengan agama, karena pada dasarnya keduanya telah mendapatkan penegasan dari Tuhan dengan tanpa adanya sedikitpun pembedaan.

Dengan kata lain, sebagaimana halnya teks-teks yang otentik dan valid merupakan hujjah Tuhan, maka akal murni pun merupakan hujjah Tuhan, dan kandungan yang berada di dalamnya –dalam bentuk apapun itu– baik kandungannya yang berupa hukum-hukum fikih dan rukun-rukun keimanan (mulai dari konsep ketuhanan, keadilan Tuhan, kenabian, Imamah, dan eskatologi) adalah tidak memiliki perbedaan sama sekali dengan kandungan-kandungan yang bersumber langsung dari teks-teks suci agama. Oleh karena itu, dalam semua persoalan keagamaan, hukum-hukum yang terambil dari teks-teks hadis dan al-Quran adalah tidak berbeda dengan hasil-hasil yang diperoleh dari argumentasi akal.

Di sini kami akan mengingatkan beberapa poin:
1. Posisi akal berada dalam posisinya yang berhadapan dengan teks-teks suci agama (naqli), bukan berhadapan dengan agama itu sendiri. Dan merupakan sebuah tindakan yang tidak benar apabila kita menghadap-hadapkan akal dengan syariat (baca:agama), dan yang benar adalah membagi agama itu dalam dua kelompok, yakni argumen akal (aqli) dan teks-teks suci (naqli);
2. Keabsahan dan validitas akal memiliki syarat, sebagaimana halnya hujjiyah dan validitas teks-teks suci agama;
3. Akal bukanlah qiyas (baca: qiyas dalam hukum fikih), karena akal adalah hujjah sedangkan qiyas bukanlah hujjah.


Oleh :Mohammad Adlany

Hari Al Quds


Imam Khomeini ra, Bapak Pendiri Republik Islam Iran adalah penyeru dan pendakwah untuk membela orang-orang yang terzalimi dan bangsa-bangsa yang tertindas. Jauh sebelum kemenangan revolusi Islam Iran, Imam Khomeini ra menyeru umat Islam dunia untuk membela bangsa tertindas Palestina. Pasca kemenangan revolusi Islam Iran dan dengan penegasan Imam Khomeini ra, membela bangsa Palestina termasuk prioritas kebijakan strategis Republik Islam Iran. Di antara langkah efektif dan perspektif Imam Khomeini ra adalah menetapkan hari Jumat terakhir setiap bulan Ramadhan sebagai Hari Quds Sedunia. Beliau meminta umat Islam dunia untuk bangkit membela bangsa Palestina pada hari itu dan meneriakkan pekikan kebencian terhadap rezim Zionis Israel dan para pendukung rezim ilegal itu. Dalam sebuah pesannya terkait Hari Quds Sedunia, Imam Khomeini ra menulis, "Saya meminta seluruh umat Islam dunia untuk menjadikan hari Jumat terakhir bulan Ramadhan - yang termasuk malam-malam Lailatul Qadar dan juga dapat menjadi penentu nasib bangsa Palestina - sebagai Hari Quds dan mengumumkan solidaritas internasional umat Islam dalam mendukung hak-hak legal bangsa Palestina."

Agama Islam memandang penting masalah membela kaum tertindas dan memerangi penindas. Islam sama sekali tidak menerima penindasan dan bersikap arogan terhadap orang lain. Umat Islam punya kewajiban untuk melawan orang-orang zalim dengan berbagai cara yang mungkin. Kitab suci al-Quran dalam berbagai ayatnya juga menegaskan perang terhadap orang-orang arogan dan musuh-musuh Islam. Dalam surat An Nisaa' ayat 75, Allah Swt berfirman: "Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekkah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!". Imam Ali as berkata, "Jadilah kalian sebagai sahabat bagi orang yang tertindas dan musuh bagi penindas."

Saat ini salah satu contoh nyata kandungan ayat tersebut adalah bangsa tertindas Palestina. Zionis telah merampas dan menduduki tanah air mereka sejak puluhan tahun lalu. Hingga kini puluhan ribu rakyat Palestina gugur syahid atau terluka dan jutaan dari mereka terusir dari rumahnya serta ribuan rakyat Palestina mendekam di balik jeruji besi rezim Zionis Israel. Meski demikian, proses penumpasan dan pembantaian terhadap bangsa Palestina belum berakhir dan Zionis masih terus melakukan kejahatan terhadap bangsa Palestina.

Kondisi mengenaskan bangsa Palestina di Jalur Gaza adalah simbol ketertindasan mereka. Sekitar empat tahun lalu, 1,5 juta warga Palestina di Gaza berada di bawah blokade ketat Israel. Mereka kekurangan bahan pangan, obat-obatan dan kebutuhan pokok lainnya. Serangan brutal militer Israel ke Jalur Gaza pada hari-hari pertama tahun 2009, menggugurkan hampir 1.500 warga Palestina dan menciderai 5.500 lainnya. Keadaan ini membuat warga Gaza semakin terpuruk dan hancur. Serangan ganas itu menghancurkan seluruh infrastruktur Gaza dan kerugian materi ditaksirkan mencapai tiga miliar dolar.

Pada dasarnya rakyat Gaza berada di bawah blokade ketat dan tidak manusiawi hanya karena berupaya memperoleh hak-haknya dan bersikeras mendukung pemerintah demokratis Hamas. Kementerian Kesehatan Hamas beberapa waktu lalu menyatakan bahwa cadangan 104 jenis obat dan 101 jenis alat-alat medis di Gaza telah habis.

Masalah lain yang menghimpit warga Gaza adalah kekurangan air bersih dan listrik di musim panas. Kondisi ini berpotensi lahirnya berbagai jenis penyakit di kawasan itu. Meski demikian, pemerintah Mesir tetap menutup jalur penyeberangan Rafah dan hanya membuka sesekali untuk waktu terbatas. Mesir juga tengah membangun tembok baja di garis perbatasan negara itu dengan Gaza yang memiliki kedalaman 20 hingga 30 meter ke bawah tanah. Tembok baja ini akan menghalangi setiap galian terowongan yang dapat menghubungkan kedua wilayah perbatasan.

Pemerintah Mesir bekerjasama dengan rezim Zionis Israel untuk menyempurnakan blokade Gaza. Sementara di kebanyakan negara dunia, protes terhadap arogansi Israel terus menggema dan mereka mendesak Zionis untuk mengakhiri blokadenya.

Salah satu gebrakan besar dan patut dipuji dalam mematahkan blokade Gaza adalah pengiriman konvoi kapal bantuan kemanusiaan yang disebut Armada Kebebasan (Freedom Flotilla) ke Jalur Gaza. Pada tanggal 31 Mei 2010, Armada Kebebasan diserang oleh pasukan komando Israel di perairan internasional. Peristiwa tragis itu menggugurkan sembilan aktivis kemanusiaan dan menciderai sejumlah lainnya. Kejahatan Israel ini membangkitkan kemarahan publik dunia lebih dari sebelumnya dan upaya global untuk menyalurkan bantuan ke Gaza terus meningkat.

Tekanan terhadap bangsa Palestina tidak hanya terjadi di Jalur Gaza, tapi di Tepi Barat Sungai Jordan, mereka juga menghadapi serangan brutal dan arogansi Zionis. Salah satu masalah penting di kawasan ini adalah pembangunan distrik Zionis. Melalui program pembangunan permukiman Zionis, Israel berupaya mengubah perimbangan demografi di tanah pendudukan untuk kepentingannya.

Melalui tekanan internasional, Israel bersedia membekukan pembangunan distrik Zionis hingga 26 September, namun menurut keterangan koran Haaretz, "Israel akan memulai pembangunan 2.700 unit rumah di Tepi Barat begitu berakhirnya jeda tersebut." Oleh karena itu, Israel akan terus mencaplok tanah Palestina dan mengusir penduduknya dengan berbagai alasan.

Salah satu fenomena tragis Palestina adalah kondisi Masjid al-Aqsha, kiblat pertama umat Islam dan tempat Rasul Saw melakukan mi'raj. Sejak tahun 1967, Zionis menguasai tempat suci itu dan memulai perusakan bertahap. Zionis mengklaim bahwa Masjid al-Aqsha dibangun di atas reruntuhan Kuil Nabi Sulaiman as dan tujuan perusakan masjid adalah membangun kembali kuil itu. Sejak tahun 1967 hingga sekarang, Masjid al-Aqsha berkali-kali menjadi sasaran serangan Zionis dan yang paling tragis terjadi pada 1969 ketika Yahudi ekstrim membakar bangunan suci itu.

Hingga kini Israel telah melakukan sejumlah galian di bawah dan sekitar Masjid al-Aqsha. Bangunan bersejarah ini terancam roboh. Aksi perusakan ini meningkat sejak Benyamin Netanyahu memimpin Israel. Pelecehan Zionis tidak hanya terbatas pada Masjid al-Aqsha, tapi mereka juga berupaya mengusir umat Islam dari Baitul Maqdis dan menggantikannya dengan orang-orang Zionis. Sejumlah besar rumah rakyat Palestina telah dihancurkan dan permukiman Zionis semakin diperluas. Proyek Israel adalah mengubah struktur kota Quds dan demografi serta melenyapkan semua hal yang berbau Islam.

Semua kejahatan Israel mulai dari pendudukan Palestina, pembantaian, pengusiran dan perusakan mendapat dukungan penuh Barat khususnya Amerika Serikat. Pada prinsipnya rezim ilegal ini dicetuskan berkat dukungan Inggris dan AS. Oleh karena itu, Barat khususnya AS terlibat dalam setiap kejahatan Israel. Tragisnya negara-negara Arab juga menunjukkan ketertarikannya untuk berunding dan menjalin hubungan dengan Zionis. Perundingan resmi Arab dan Israel dimulai sejak 1991.

Perundingan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dengan Zionis telah menancapkan benih-benih keputusasaan dan pesimisme di tengah bangsa Palestina sampai-sampai mereka memulai Intifadhah. Meski demikian, PLO kembali menyatakan kesiapannya untuk memulai perundingan dengan Israel.

Seluruh umat Islam dunia memikul tanggung jawab atas derita berkepanjangan yang menimpa saudara-saudaranya di Palestina. Perhatian Islam terhadap permasalahan umat sangat besar. Islam sampai menggolongkan orang yang tidak peduli dengan permasalahan umat sebagai orang yang tidak berguna, dan tidak tergolong ke dalam kelompok umat Muhammad. Rasul Saw menegaskan bahwa siapa saja yang tidak memperhatikan urusan kaum Muslim, maka ia tidaklah termasuk golongan mereka.

Setiap bentuk bantuan umat Islam kepada saudaranya di Palestina sejatinya bentuk menunaikan sebuah kewajiban agama. Hari Quds Sedunia merupakan sebuah kesempatan emas bagi umat Islam dan bahkan para penuntut kemerdekaan untuk meneriakkan protes terhadap Zionis dan para pendukungnya. Kita harus mengumumkan kebencian kita kepada Zionis.

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan, "Demonstrasi pada hari Quds merupakan pekikan umat Islam terhadap kanker yang bernama Israel. Ia ibarat kusta yang merasuki ruh dunia Islam." Kini masyarakat dunia lebih mengetahui kejahatan Israel dan opini publik lebih sensitif terhadap arogansi dan brutalitas Zionis. Karena itu, Hari Quds Sedunia di satu sisi untuk mendukung bangsa Palestina dan cita-cita mereka. Dan di sisi lain, kanvas untuk menorehkan kebencian dunia Islam terhadap Zionis dan para pendukungnya.

sumber :http://indonesian.irib.ir

Islamophobia Ala Amerika


Gelombang Islamophobia semakin tampak di Amerika Serikat seiring rencana pembangunan sebuah masjid dan Islamic Center di dekat reruntuhan gedung kembar, WTC New York. Padahal Walikota New York, Michael Bloomberg dan pejabat teras kota itu mendukung rencana pembangunan Islamic Center tersebut. Rencana pembangunan masjid dan pusat budaya Islam itu ditentang keras oleh para politikus konservatif dan sejumlah warga AS. Mereka keberatan soal lokasinya, yang hanya berjarak dua blok dari lokasi runtuhnya gedung World Trade Center (WTC) akibat serangan teroris 11 September 2001 tersebut. Menurut mereka, hal ini akan melukai perasaan keluarga ribuan korban yang tewas dalam serangan teroris itu.

Mantan Gubernur Alaska yang pernah maju dalam pencalonan wakil presiden Amerika Serikat, Sarah Palin, menyatakan penolakannya atas rencana pembangunan masjid Ground Zero. Menurut Palin, tindakan itu akan mencabik-cabik hati orang-orang yang kerabatnya tewas dalam serangan 11 September 2001. Ditambahkannya, "Untuk membangun sebuah masjid di Ground Zero adalah menusuk jantung terhadap keluarga korban tak bersalah dari serangan mengerikan beberapa tahun silam."

Penolakan terhadap pembangunan masjid itu tak hanya datang dari Partai Republik yang kini menjadi oposisi, penentangan juga disuarakan partai mayoritas, Demokrat. Anggota Senat dari Partai Demokrat, Harry Reid menentang pembangunan masjid yang terletak dua blok dari Ground Zero tersebut. Harry Reid meminta Islamic Center umat Islam di bangun di tempat lain dan jauh dari reruntuhan WTC.

Presiden AS Barack Obama ternyata membela rencana kontroversial tersebut. Obama pun mengakui ada persoalan "kepekaan" atau kesensitifan masyarakat muslim mengelilingi lokasi 11 September itu, tetapi ia pun mengatakan bahwa umat Muslim memiliki hak yang sama untuk mempraktikkan agama mereka sebagaimana pemeluk keyakinan lain yang juga ingin diperhatikan haknya. "Komitmen kami untuk kebebasan beragama harus tak tergoyahkan," kata Obama. Obama pun berharap agar rakyat setempat dapat lebih menghargai hak beribadah satu sama lain. ''Termasuk hak untuk membangun tempat ibadah dan pusat kegiatan masyarakat milik pribadi di Manhattan rendah, sesuai dengan hukum setempat," ujarnya.

Pernyataan Obama itu menuai reaksi keras dari berbagai kalangan. Kubu Republik dan penentang Obama di Partai Demokrat bangkit menyerang sikap Obama. Propaganda Islamophobia di AS semakin memuncak sampai-sampai media setempat mempertanyakan agama Obama. Propaganda ini memaksa Gedung Putih mengeluarkan pernyataan yang menolak rumors itu dan menegaskan Obama sebagai penganut agama Kristen.

Sekilas tampak bahwa umat Islam di AS memiliki kedudukan yang sama dengan pengikut agama dan keyakinan lain di negara itu. Mereka sama-sama punya hak untuk beribadah dan membangun pusat agama. Populasi umat Islam AS diperkirakan sekitar sembilan juta jiwa dan 600 ribu dari mereka tinggal di kota New York. Perubahan pertama undang-undang dasar AS yang disahkan 220 tahun lalu, mengakui kebebasan beragama. Begitu juga dalam sistem Kapitalisme AS, milik pribadi dilindungi oleh hukum. Oleh karena itu, umat Islam punya hak untuk membeli lahan bagi pembangunan masjid dan mendirikannya dengan modal sendiri.

Walikota New York, Michael Bloomberg menyetujui pembangunan masjid Ground Zero, namun penentangan rencana itu terus berlanjut. Motivasi penolakan Harry Reid atas rencana itu kembali pada penyelenggaraan pemilu sela November 2010. Posisi pemimpin mayoritas Demokrat di Senat dalam pertarungan pemilu sela masih goyah. Dan tragis jika pejabat tinggi Partai Demokrat ini tidak mampu mempertahankan kursinya di Kongres berikutnya. Oleh sebab itu, Harry Reid mulai memasang strategi dan menentang pandangan Gedung Putih dan Obama soal pembangunan masjid tersebut. Langkah ini bertujuan mempertahankan kemenangannya dalam pemilu mendatang.

Kubu Konservatif AS yang terdiri dari anggota Partai Republik dan Tea Party Movement secara ideologis menentang pembangunan pusat umat Islam. Gerakan ini terpengaruh oleh upaya anasir-anasir Zionis, Kristen fundamentalis dan kelompok rasis. Mereka secara prinsip tidak mengakui hak kegiatan politik dan sosial umat Islam.

Gerakan Islamophobia di AS kerap mengangkat peristiwa 11 September 2001 untuk menjustifikasi tindakan ilegal, diskriminatif dan rasisnya. Dalam logika mereka, karena 19 anggota Al Qaeda telah menyerang pusat ekonomi dan militer AS, maka ratusan ribu Muslim negara itu tidak punya hak untuk membangun sebuah pusat Islam di Manhattan. Padahal Muslim AS bersama 1,5 miliar umat Islam di seluruh dunia mengecam keras peristiwa 11 September. Selain itu, Al Qaeda bukan wakil dunia Islam dan tidak berhak menghukum satu orang Islam pun karena kesalahan organisasi teroris itu. Sebagaimana umat Islam tidak menganggap Zionis yang menduduki tanah Palestina sebagai wakil agama Yahudi dan kejahatan sejumlah pemimpin Barat juga tidak boleh disandarkan kepada agama Kristen.

Penentangan terhadap pembangunan Islamic Center itu menunjukkan bahwa sentimen anti Islam yang muncul pasca peristiwa 11 September masih berlanjut hingga sekarang. Kini ekstrimis AS berupaya menyebarluaskan sentimen anti Islam di tengah rakyat negara adidaya itu. Mereka memanfaatkan masalah tersebut sebagai senjata untuk mendulang suara pada pemilu sela Kongres November mendatang. Republikan ekstrim berupaya meningkatkan perolehan suara dengan mengkritik pembangunan masjid Ground Zero dan menebarkan Islamophobia.

Dalam pertarungan pemilu presiden pada 2008 lalu, Barack Obama mengusung tema perubahan dalam kebijakan luar negeri AS khususnya hubungan Washington dengan negara-negara Islam. Kebijakan konfrontatif dan unilateralisme George W. Bush memunculkan gelombang kebencian terhadap AS tidak hanya di negara-negara Islam, tapi bahkan di Eropa.

Kebencian itu memaksa Obama untuk membentuk sebuah seksi di Kementerian Luar Negeri AS guna memperbaiki citra negara itu di tengah opini publik dunia. Barack Obama tampil di Gedung Putih lewat slogan perubahan. Obama dengan mengunjungi beberapa negara Islam, berupaya menampilkan wajah baru AS. Sekilas Obama ingin membangun hubungan dengan dunia Islam berdasarkan penghormatan terhadap keyakinan umat Islam dan mengesampingkan kebijakan Islamophobia Bush.

Namun slogan perubahan Obama hanya sebatas retorika dan dalam prakteknya, Obama belum mampu memperbaiki wajah AS yang kadung dibenci oleh masyarakat Muslim. Secercah harapan yang muncul di sebagian umat Islam terhadap Obama juga sirna ditelan masa. Jajak pendapat terbaru menunjukkan kebencian umat Islam terhadap kebijakan Islamophobia AS. Dalam kebijakan luar negeri AS, Obama tidak mampu memperbaiki citra AS di tengah umat Islam. Di dalam negeri, ia terpaksa tunduk terhadap gerakan Islamophobia yang digulirkan oleh kubu Konservatif.

Provokasi dan pelecehan masyarakat Barat terhadap umat Islam tak jua berhenti. The Council on American-Islamic Relations (CAIR) mengungkap rencana gereja-geraja di Florida membakar Alquran dalam sebuah acara yang diberi tajuk: International Burn A Koran Day'. Acara yang diprakarsai World Dove Outreact Center ini nantinya mengagendakan pembagian al-Quran kepada setiap jamaah gereja, masyarakat umum, penegak hukum, dan pers. Setelah dibagikan, al-Quran tersebut bakal dibakar pada momen peringatan tragedi 11 September.

Perwakilan organisasi tersebut mengatakan akan membakar al-Quran di luar gereja pada tanggal 11 September. Mereka juga meminta dukungan masyarakat AS untuk memasyarakatkan ide pembakaran al-Quran tersebut. Otak di balik ide tersebut, Pastor Terry D Jones mengatakan, tujuan aksi itu dan kegiatan serupa untuk memberi kesempatan kepada umat Islam agar mereka meninggalkan agamanya. Terry Jones, mengatakan, ''Islam adalah agama kekerasan dan menindas yang mencoba menyamar diri sebagai agama damai serta berusaha untuk menipu masyarakat kita.'' Jones juga menyindir Islam sebagai agama yang didasarkan pada kebohongan dan penipuan serta rasa takut.

Jones juga mendukung kebijakan George W. Bush dan invasi ke Afghanistan dan Irak. Jones adalah juru dakwah Perang Salib Modern yang aktif menyebarkan Islamophobia. Ide gilanya itu membangkitkan kemarahan dan kecaman keras dari berbagai kalangan baik di AS sendiri maupun dunia.

SUMBER :http://indonesian.irib.ir

Wilayah Al Faqih Dalam Pandangan Imam Khomeini


A. Pendahuluan

Dewasa ini Islam memiliki banyak pandangan atau pendapat mengenai Kepemimpinan. Wacana kepemimpinan yang berkembang, ini di awali setelah Rasulullah SAW wafat. Masyarakat Islam telah terbagi-bagi kedalam banyak kelompok atau golongan. Kelompok-kelompok Islam ini terkadang satu sama lain saling menyalahkan atau bahkan mengkafirkan..
Kondisi seperti ini sangatlah tidak sehat bagi perkembangan Islam. Permasalahan perbedaan argumentasi harusnya dapat di selesaikan dengan mekanisme diskusi dengan menggunakan logika. persatuan haruslah dijunjung tinggi. Karena persatuan menjadikan kita kokoh dari berbagai intervensi asing (barat) yang berusaha memeca belah Islam, yang sekrang ini Islam berusaha mengejar ketertinggalannya dari dunia barat.

Melalui pemikiran Imam Khomeini yang terkenal dengan selogannya “Tidak timur dan Tidak pula barat semua adalah saudara” ini memberikan penjelasan bahwa beliau menginginkan sebuah umat Islam yang damai, tanpa rasa dengki dan mencaci maki, terbukti dari pemikiran beliau yang sangat berkualitas, yang mampu menggerakkan hati warga Iran untuk melawan pemimpin mereka yang merupakan antek atau tangan kanan Amerika di timur tengah sehingga bisa tumbang dan digantikan dengan sebuah sistem pemerintahan yang berdasarkan Islam. Nanti kita akan membahas lebih lanjut pemikiran-pemikiran beliau yang insyaAllah akan menambah sedikit pengetahuan kita.

B. Biografi Ayatullah Ruhullah Khomeini

Imam Khomeini, lahir di kota Khomein Tengah, Iran pada tahun 1902, dan pernah tinggal dan menjalani pendidikan di Najaf, Iraq selama 14 tahun, tapi menyelesaikan pendidikan tingginya di kota suci Qom di bidang teologi dan hukum Islam (fiqih)- memperoleh gambaran sejarah sebagai pemimpin Revolusi Islam Iran yang spektakuler. Dalam istilah yang kita kenal di Indonesia, ia menyandang gelar “Pemimpin Besar Revolusi”. Imam Khomeini adalah sosok ulama yang mumpuni sekaligus filosof dan pemikir futuristik. Ini bisa dilihat dari limpahan gagasan Imam khomeini mulai dari hal-hal kecil seperti tata cara ibadah hingga masalah besar seperti negara dan cetusan tentang ilmu humaniora yang Islami.

Pada tahun 1989, dunia Islam dan bangsa Iran kehilangan seorang pemimpin agung, bapak pendiri Republik Islam, Imam Khomeini. Ia adalah seorang pejuang besar yang memimpin perjuangan rakyat Iran melawan kediktatoran sebuah rezim yang zalim. Pasca kemenangan Revolusi Islam, ia memimpin Republik Islam Iran selama 10 tahun di tengah beragam tekanan dan kondisi yang sangat sulit. Suluk politik yang diterapkan Imam Khomeini menjadikannya sebagai model pemimpin Islam di era modern. Ia juga dikenal memiliki karakter khas yang luhur.

C. Konsep Politik

Jika kita berbicara tentang konsep pemikiran beliau tentu kita akan menilik latar belakang kehidupan beliau, siapa orang tua beliau, diamana beliau dibesarkan, dimana beliau menuntut ilmu, pasti kita akan menemukan konsep politik yang akan di gagas. Konsep politik beliau tentu saja tidak terlepas dari mazhab yang dianut, yaitu syiah imamiah (12 Imam). Menurut beliau kaum fuqaha ikut bertanggung-jawab dalam mengurus masalah negara dan pemerintahan. Dalam syiah Imamiah, masyarakat itu dipimpin oleh para imam, khususnya Imam yang 12, dan Imam yang terakhir (Imam Mahdi) masih dalam keadaan ghaib, tetapi akan muncul di akhir zaman nanti.

Tapi selama Imam Mahdi masih ghaib, kaum ulama, kaum fuqaha harus tampil mengambil alih kepemimpinan. Dengan demikian, kepemimpinan kontemporer, yaitu kaum fuqaha, adalah wakil atau khalifah dari para imam yang ghaib. Atas dasar kepercayaan itu, maka Imam Khomeini menciptakan konsep “Wilayah al-Faqih” yang menjadi garda (guardian) terhadap hukum Islam. Konsep inilah yang menimbulkan kharisma terhadap kaum fuqaha yang diwakili oleh Imam Khomeini. Agaknya Imam Khomeini menyadari kepemimpinan semacam itu, yaitu kepemimpinan itu bisa hilang setelah ia meninggal. Karena itu, maka kharisma kemimpinan atau Imamah itu dilembagakannya dalam konsep Wilayah al-Faqih, sehingga keimaman itu dapat dilanjutkan dari waktu ke waktu. Sementara itu kefuqahaan itu dibibitkan dan dikembangkan melalui hauzah-fuqaha, yaitu lembaga pendidikan dan penelitian sebagaimana terdapat dan berkonsentrasi di kota suci Qom Iran atau Najef Iraq, di mana Imam Khomeini sendiri dididik dan dibesarkan.

Menurut Imam Khomeini, fuqaha bukan hanya ahli di bidang hukum Islam atau hanya merupakan tokoh spriritual. Fuqaha yang paripurna harus juga ahli d bidang-bidang lain, misalnya filsafat, politik, sosial dan ekonomi. Ayatullah Rafsanjani umpamanya, adalah juga seorang ahli ekonomi yang piawai. Demikian pula ulama ahli tafsir besar Tabataba’i yang menulis buku mengenai sistem ekonomi Islam. Sedangkan Ayatullah Murtadha Mutahhari adalah juga ahili sejarah, ahli sosiologi dan filsuf sosial yang sangat produktif menulis buku di berbagai bidang dan sudah banyak diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia.

Sejalan dengan pemikiran itu, maka Imam Khomeini sangat menentang sekularisme yang memisahkan agama dari negara atau politik. Pandangan ini tidak semata-mata bersifat normatif, tetapi juga empiris, sebagaimana diperlihatkan dalam gerakan revolusioner Iran.

Imam Khomeini, lahir di kota Khomein Tengah, Iran pada tahun 1902, dan pernah tinggal dan menjalani pendidikan di Najaf, Iraq selama 14 tahun, tapi menyelesaikan pendidikan tingginya di kota suci Qom di bidang teologi dan hukum Islam (fiqih)- memperoleh gambaran sejarah sebagai pemimpin Revolusi Islam Iran yang spektakuler. Dalam istilah yang kita kenal di Indonesia, ia menyandang gelar “Pemimpin Besar Revolusi”. Imam Khomeini adalah sosok ulama yang mumpuni sekaligus filosof dan pemikir futuristik. Ini bisa dilihat dari limpahan gagasan Imam khomeini mulai dari hal-hal kecil seperti tata cara ibadah hingga masalah besar seperti negara dan cetusan tentang ilmu humaniora yang Islami.

Pada tahun 1989, dunia Islam dan bangsa Iran kehilangan seorang pemimpin agung, bapak pendiri Republik Islam, Imam Khomeini. Ia adalah seorang pejuang besar yang memimpin perjuangan rakyat Iran melawan kediktatoran sebuah rezim yang zalim. Pasca kemenangan Revolusi Islam, ia memimpin Republik Islam Iran selama 10 tahun di tengah beragam tekanan dan kondisi yang sangat sulit. Suluk politik yang diterapkan Imam Khomeini menjadikannya sebagai model pemimpin Islam di era modern. Ia juga dikenal memiliki karakter khas yang luhur.

D. Kesatuan Umat Islam


Revitalisasi Islam yang dilakukan Imam Khomeini bukan hanya sebatas pada tataran teori dan analisa tapi bahkan pada tataran praktis. Revolusi Islam yang dipimpin Imam Khomeini telah menciptakan rasa kemuliaan dan identitas bagi umat Islam di seluruh belahan dunia. Tidak hanya saja itu, Revolusi Islam juga berhasil mengobarkan semangat kebangkitan Islam di tengah masyarakat muslim. Rahbar menjelaskan, “Masyarakat muslim di timur dan barat dunia Islam telah bangkit. Begitu juga dengan kaum minoritas muslim di negara-negara Eropa dan lainnya yang memiliki pemerintahan kafir dan ateis juga merasa menemukan kembali harga dirinya. Identitas dan kepribadian Islam di kalangan umatnya hidup kembali.

Di mata Imam Khomeini, seluruh masyarakat muslim merupakan bagian dari umat yang satu. Karenanya, ia senantiasa berusaha menebarkan semangat persaudaraan dan persatuan Islam. Sebab, persatuan Islam merupakan salah satu tujuan terbesar perjuangan Imam Khomeini yang bisa dijadikan sumber kekuatan untuk menghadapi musuh. Mengomentari pemikiran Imam mengenai urgensi persatuan dan kesatuan Islam, Ayatollah Ali Khamenei menjelaskan, “Kini, seluruh kaum muslimin di berbagai penjuru Asia hingga jantung Afrika, dari seluruh Timur tengah hingga Eropa dan Amerika, telah merasa menjadi bagian dari sebuah masyarakat global yang besar bernama umat Islam. Imam Khomeini telah menciptakan semangat kecintaan untuk menjadi bagian umat Islam sebagai taktik terbesar untuk membela kaum muslimin melawan imperialisme”.

Di mata Imam Khomeini rakyat hanya bisa memainkan peran strategisnya jika mereka bersatu dan satu suara. Karena itu, faktor persatuan memerankan peranan penting dalam gerak perjuangan politik umat islam. Saat menerangkan masalah ini, Rahbar menuturkan, “Ingatlah selalu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan. Ia meyakini bahwa rahasia seluruh keberhasilan adalah kesatuan suara dan hadir langsung di medan perjuangan. Jika persatuan dan kehadiran rakyat di medan perjuangan tidak ada, maka bangsa Iran pun tidak akan bisa melangkah maju. Namun jika seluruh rakyat mengenal rahasia ini dan menjaganya, niscaya Sang Maha Kuasa akan menolongnya” .

E. Wilayah Faqih

Secara umum wilayah al-faqih adalah sebuah konsep pemerintahan yang berada dibawah para ulama-ulama, otoritas tertinggi negara berada dibawah ulama atau lebih khusus-nya adalah seorang rahbar. Tujuan Imam Khomeini dalam konsep Wilayah al-Faqih adalah menuntut keadilan sosial, pembagian kekayaan yang adil, ekonomi yang produktif yang berdasar kepada kekuatan nasional dan gaya hidup yang sederhana serta berdasarkan konsepsi yang akan mengurangi jurang perbedaan antara yang kaya dan miskin dan antara yang memerintah dan diperintah. Imam Khomeni memang lebih percaya kepada kaum fuqaha dalam memimpin pemerintahan, tetapi ia juga menekankan bahwa dalam Republik Islam, pemerintah harus bertanggung-jawab kepada rakyat, melalui mekanisme pemilihan umum dan adanya dewan perwakilan rakyat.

Pandangan Imam Khomeini itu sebenarnya sudah didahului oleh ulama-ulama sebelumnya, misalnya Mulla Ahmad Naraqu (wafat tahun 1629) dan Syaikh Muhammad Husain Naimi (wafat tahun 1936) dua tokoh yang memiliki pandangan yang sama mengenai hak prerogatif kaum fukaha di bidang politik, kendali keduanya tidak mengembangkan suatu tema sentral teori politik. Bagi Imam Khomeini, kaum fukaha harus memegang kekuasaan, menggantikan para raja atau penguasa, kendati masalah-masalah teknis bisa diserahkan pada para ahlinya, namun pemegang kekuasaan tertinggi di bidang sosia-politik harus tetap berada di tangan para faqih yang adil.

F Wilayah Faqih Dalam Negara

Walapun kaum fuqaha tetap memegang kedaulatan tertinggi dalam lembaga Wilayah al-Faqih, namun sistem politiknya dijalankan melalui demokrasi, dengan indikator utama, adanya pemilihan umum, baik untuk badan lagislatif maupun presiden. Sistem demokrasi itu ditandai pula oleh adanya berbagai kelompok dengan aliran-aliran yang berbeda-beda. Pertama aliran fundamentalis konservatif yang diwakili oleh Ayatullah Khamenei, murid utama ayatullah Khomeini sendiri. Kedua, aliran fudamentalis moderat dan pragmatis yang diwakili oleh Ayatullah Rafsanjani yang pernah menjabat sebagai PM Iran. Ketiga adalah aliran reformis liberal yang dulu diwakili oleh Dr. Mehdi Bazargan yang pernah menjabat sebagai PM Iran tunjukan Imam Khomeini langsung.

Yang menarik dari Republik Islam Iran adalah komitmen negara dan pemerintah dalam menjalankan syari’at Islam tetapi sekaligus juga berusaha mencari bentuk demokrasi dalam pemerintahan maupun dalam sistem politik. Dalam sistem ekonomi, Iran berusaha untuk menerapkan prinsip-prinsip syar’ah dalam berekonomi. Secagai contoh pemerintah Iran secara total mengkonversi sistem bank konvensional menjadi sepenuhnya bank Islam atau bank syari’ah. Pemerintah Iran juga berusaha untuk menjalin hubungan dagang terutama dengan negara-negara Muslim.

Dalam pandangan Iran sekarang, pemerintahan Islam adalah pemerintahan rakyat dengan berpegang pada hukum Tuhan, di mana kepala pemerintahan tertinggi harus dipegang seorang faqih, yang ahli di bidang hukum Islam yang harus dilaksanakan oleh pemerintah. Dalam pemerintahan wali al-faqih, kaum ulama menduduki posisi, baik sebagai pengawal (guardian atau wali), penafsir (interpreter) maupun pelaksana (executor) hukum-hukum Tuhan. Oleh sebab itu maka pemerintahan yang demikian itu merupakan pemerintahan yang benar dan adil. Pemerntahan Islam harus bertindak sesuai dengan syari’at. Syarat-syarat tersebut asumsinya hanya bisa dipenuhi oleh para faqih. Kerenanya para faqih adalah figur yang dianggap paling siap memerintah masyarakat.

F. Republik Islam Iran Sebuah Model Teodemokrasi

Landasan pemikiran Imam Khomeini untuk membentuk sebuah pemerintahan teodemokrasi dapat kita lihat dari pandangan belliau : menurut Imam khomeini Manusia harus dipimpin oleh kepemimpinan Ilahiyah. Sistem hidup yang bersumber pada sistem ini disebut sistem Islam, sedangkan sistem yang tidak bersumber pada kepemimpinan Ilahiyah disebut kepemimpinan Jahiliyah. Hanya ada dua pilihan kepemimpinan Allah atau kepemimpinan Thagut.

Menurut Imam Khomeini. Para Nabi diutus untuk menegakkan keadilan, menyelamatkan masyarakat manusia dari penindasan. Nabi telah menegakkan pemerintahan Islam dan Imamah keagamaan sekaligus.

Setelah zaman Nabi berakhir dengan wafatnya Rasulullah SAW, kepemimpinan ummat dilanjutkan oleh para imam yang diwasiatkan oleh Rasulullah SAW dan Ahlul Baitnya. Setelah lewat zaman Nabi, maka datanglah zaman Imam. Sekarang menurut Imam Khomeini Imam ke 12 masih dalam ghaib, pada Pada ghaibah inilah kepemimpinan dilanjutkan oleh para faqih, hingga akhir zaman tiba. Para faqih diberikan beban menjadi khalifah. Kepemimpinan Islam berdasarkan atas hukum Allah. Oleh karena seorang faqih haruslah orang yang lebih tahu tentang hukum Illahi.




Daftar Pustaka

• Khomeini, Sistem Pemerintahan Islam, Pustaka Zahra, Jakarta, 2002.
• Ibrahim Amini, Para Pemimpin Teladan, Al-huda, Jakarta 2005
• Jalaluddin Rakhmat dalam Yamani, Filsafat politik Islam antara Al-Farabi dan Khomeini, Mizan, Bandung, 2003
• Andi Anas, Konsep Wilayah Al-Faqih menurut Imam Khomeini, Skripsi pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama UNISBA, 2006
• www.icas-indonesia.org
• Pandangan DR. Muhammad Supraja dalam acara peringatan wafatnya Imam Kkomeini ke-21, radio Melayu suara Republik Islam Iran
• http://syiahali.wordpress.com
• www.al-shia.org/html/id/service/maqalat/01/75.htm

Pasukan Imam Mahdi melawan Pasukan Barat


Menteri Intelijen Republik Islam Iran, Haidar Moslehi, mengucapkan selamat atas keberhasilan dinas intelijen Iran membongkar serta menangkap pelaku teror Massoud Ali Mohammadi, ilmuwan fisika nuklir.
"Ini adalah keberhasilan besar di mana Iran mampu mengalahkan sistem intelijen sangat kuat yang didukung oleh negara Barat dan Amerika Serikat (AS)," tambah Moslehi seperti dilaporkan IRNA, Selasa (11/1) Ucapan selamat itu diucapkan bersamaan dengan peringatan tahun pertama aksi teror terhadap Dr Masoud Ali Mohammadi. Moslehi dalam konferensi pers menyebut hancurnya jaringan Badan Intelijen Zionis Israel (Mossad). Dikatakannya, jaringan intelijen Mossad berhasil disusupi tanpa sadar. Ia menambahkan, "Agar musuh Iran mengetahui kemampuan kami terhadap jaringan mata-mata dan teroris, maka di sini saya tandaskan bahwa Dinas Rahasia Israel merekrut agen-agennya dengan menggunakan sistem sel dan tanpa sadar tersusupi."

Pengakuan Pelaku Teror

Majid Jamali Fashi, seorang anggota jaringan teroris Mossad dalam sebuah acara televisi menjelaskan proses dan mekanisme latihan terorisme di sebuah pangkalan dekat Tel Aviv. Dikatakannya, "Pada perjalanan ke Tel Aviv, saya berkenalan dengan beberapa pejabat senior Israel di sebuah pangkalan di jalan raya antara Yerusalem dan Tel Aviv. Di sana, saya belajar hal-hal yang berbeda seperti menguntit dan penanaman bom di bawah kendaraan." Ia juga mengaku mendapat pelatihan khusus melaksanakan aksi peledakan bom mobil dari sebuah motor.

Dalam pengakuannya, Fashi juga menjelaskan proses pengenalannya dengan jaringan teroris Mossad. Ia mengatakan, "Sekitar tiga tahun lalu, saya bepergian ke Istanbul. Dari situlah, saya mulai mengenal salah satu anggota Mossad dan kemudian menjalin hubungan dengannya." Pelaku aksi teror ilmuwan fisika Iran itu juga melihat berbagai tempat dan sistem keamanan di Tel Aviv dari dekat.

Lebih lanjut Fashi mengakui bahwa dirinya dilengkapi berbagai fasilitas untuk aksi spionase seperti kamera digital, telepon genggam, laptop dengan dua windows yang nampak dan tersembunyi.

Mengenai rincian operasi teror terhadap Masoud Ali Mohammadi. Fashi mengatakan, "Setelah melalui pelatihan ketat di pangkalan Zionis, saya mulai mahir. Kemudian saya diberi peta detail rumah Ali Mohammadi dengan harapan dapat mengenal lebih dekat lingkungan dan kondisi rumahnya."

Terkait jaringan pelik yang dirancang oleh Mossad, Menteri Intelijen Republik Islam Iran, Moslehi, menjelaskan, "Mengingat dukungan penuh Badan Intelijen AS (CIA) dan sejumlah negara Barat, identifikasi dan penangkapan pelaku aksi teror terhadap Mohammadi membuktikan keunggulan intelijen Republik Islam Iran atas mereka." Hal inilah yang mengundang perhatian luas media-media pers di kawasan dan dunia.

Kekompakan AS, Israel dan Inggris

Aksi teror terhadap Masoud Ali Mohammadi dan aksi teror setahun kemudian atas Dr Majid Shahriari dan Dr Fereydoun Abbasi Davani yang juga pakar fisika Republik Islam Iran tidak terlepas dari peran Mossad yang bekerjasama dengan CIA dan Badan Intelijen Inggris (MI6). Keterlibatan badan-badan intelijen itu juga diakui oleh media-media Barat.

Setelah aksi teror terhadap para pakar fisika asal Iran, media-media Barat melaporkan, Mossad dan CIA ada di balik aksi itu. Televisi France 24 menyebut tim ahli dan profesional sebagai dalang di balik aksi teror terhadap Dr Ali Mohammadi. Disebutkannya pula, Zionis Israel juga terlibat dalam aksi teror atas pakar fisika asal Iran itu.

Direktur French Institute of Strategic Analysis, Francois Gere, dalam wawancaranya dengan Televisi France 24 mengatakan, "Aksi teror atas Mohammadi bukanlah pekerjaan orang-orang biasa. Ini adalah aksi serius yang melibatkan orang-orang yang profesional." Ia juga mengakui bahwa Zionis Israel serta sejumlah negara dan lembaga secara teknis terlibat dalam aksi teror ini.

Koran The Independent, terbitan Inggris dalam artikelnya yang ditulis Yossi Malman, pakar masalah strategis, menyatakan bahwa Badan Intelijen Zionis Israel, AS dan Inggris terlibat dalam aksi teror terhadap dua pakar fisika Iran, Dr Majid Shahriari dan Dr Fereydoun Abbasi Davani.

Masih mengenai keterlibatan pihak-pihak asing dalam aksi teror terhadap para pakar fisika Iran, Bruce Riedel juga berkomentar terkait peran Zionis Israel dalam berbagai teror. Riedel adalah mantan anggota CIA yang pernah bekerja untuk agen ini selama 30 tahun di Pakistan dan Afghanistan. Selain menjadi agen, Riedel juga berperan sebagai pengamat CIA untuk urusan-urusan strategis. Dalam artikel yang dimuat di The Independent, Riedel mengungkap sejarah aksi teror Mossad di pelbagai negara sambil menyebutkan keterlibatan sejumlah teror Mossad di sejumlah negara.
Artikel Riedel menyebutkan, "Israel mempunyai sejarah panjang dalam meneror musuh-musuhnya. Sebagai contoh, Mossad meneror banyak tokoh Palestina yang di antaranya adalah Ali Hassan Salamah. Dalam sejumlah operasi, tentara Israel terlibat langsung, dan dalam sejumlah aksi teror lainnya, rezim ini memasang bom mobil. Pada tahun 1998, Mossad meneror seorang tokoh Hamas di Yordania."

Tak dapat dipungkiri, Zionis Israel mempunyai pengalaman dan sejarah panjang dalam aksi teror. Aksi-aksi ganas semacam itu masih berlaku hingga kini. Belum lama ini, Mossad juga meneror tokoh Hamas, Mahmoud Al-Mabhouh di Dubai pada Juni tahun lalu.

Menyusul aksi teror terhadap dua pakar fisika asal Iran yang terjadi belum lama ini, Koran Haaretz dan situs Departemen Luar Negeri Zionis Israel menyebutnya sebagai keberhasilan Ketua Mossad, Meir Dagan. Dengan demikian, Tel Aviv secara terang-terangan mengakui keterlibatannya dalam aksi teror terhadap para pakar fisika asal Iran.

Kemenangan Intelijen Iran

Hal yang menarik, Badan Intelijen Republik Islam Iran bukan hanya berhasil menangkap para pelaku di balik teror terhadap Masoud Mohammadi, namun juga dapat menghancurkan jaringan pelik yang dibangun Mossad. Disebutkan bahwa jaringan itu menggunakan sistem sel, bahkan unsur-unsur yang dilibatkan tidak mempunyai hubungan dengan lainnya atau sistem terputus yang berfungsi menghilangkan jejak. Dengan mengetahui satu sel atau unsur saja tidak dapat dijadikan sebagai benang merah untuk melacak sel atau unsur-unsur lainnya. Inilah kehebatan jaringan yang dibuat Mossad saat ini untuk mengobrak-abrik Republik Islam Iran. Meski demikian, Departemen Intelijen Iran tidak kehilangan akal untuk menjebol jaringan itu.

Personel intelijen Iran yang dikenal dengan nama Sarboze Gumnam-e Imam Zaman af berhasil menembus jaringan Mossad. Tanpa adanya akses kuat ke dalam tubuh Mossad, jaringan sel dengan sistem terputus itu tidak akan mungkin dijebol. Semua ini menunjukkan bahwa intelijen Iran mampu unggul di depan badan-badan intelijen Barat, khususnya Mossad, CIA dan MI6.

Satu tahun telah berlalu dari aksi teror Mohammadi, intel Iran mampu menjebol jaringan rumit Zionis Israel di Iran. Opsi kekerasan dengan meneror para tokoh menunjukkan bahwa para musuh dihadapkan pada jalan buntu untuk menghadapi Republik Islam Iran. Selama ini, tekanan politik, intimidasi serangan militer dan sanksi ekonomi tidak mampu mengendorkan tekad bangsa Iran untuk mempertahankan independensi di hadapan kekuatan arogansi dunia. Pada akhirnya, Barat membangun jaringan yang berfungsi melancarkan kekerasan di Iran. Akan tetapi upaya itu kembali gagal setelah terbongkarnya jaringan ini. Menurut para pengamat politik, hancur leburnya jaringan Zionis Israel di Iran dapat disebut sebagai kekalahan telak ketiga Israel setelah perang 33 hari di Lebanon dan perang 22 hari di Gaza.

SUMBER :http://indonesian.irib.ir

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.